Selasa, 01 Desember 2015

MENJADI PETANI DI DESA (Sebuah Inspirasi Bagi Para Pemuda)

Kali ini saya ingin bercerita tentang pandangan saya menjadi seorang petani di desa. Hal ini selalu mengispirasi saya dan selalu menjadi cerita saya di kelas untuk memotifasi anak-anak muda khususnya anak muda SMK Pertanian untuk bersemangat menjadi seorang petani.
Memang sering kali anak-anak muda lulusan SMK lebih cenderung ingin bekerja di kota. Apalagi untuk di daerah Bali geliat pariwisata seakan membius para pemuda untuk ikut terjun di dalam hingar bingar dunia pariwisata tersebut. Entah memang dianggap menjanjikan atau sekedar mengikuti tren. Seolah jika sudah bergelut di dunia pariwisata pemuda itu merasa pasti akan cepat kaya. Saya bukan tidak setuju akan hal tersebut namun perlu dipikirkan lebih lanjut apa iya semua para pemuda harus ke kota untuk bekerja di toko, restoran dan fasilitas pariwisata lainnya untuk menjadi kaya ataupun sukses. Jika semua pemuda ke kota siapa yang akan membangun desa mereka, terutama desa-desa yang memiliki potensi di bidang pertanian. Bukankah pariwisata itu ada dan hidup akibat kegiatan dan budaya masyarakat di desa yang sebagian besar budaya tersebut merupakan budaya di bidang pertanian.
Saya ada pengalaman dari seorang teman yang ingin saya bagi. Teman saya bernama I Wayan Kariasa (Pak Citra), teman saya dulu bekerja di Kuta, Bali menjadi pelayan restoran namun setelah beberapa tahun sekitar 10 tahun teman saya berhenti bekerja di kuta dan kembali ke desa untuk menjadi seorang petani. Pada masa-masa awal pak citra tinggal di desa memang sulit mencari peluang untuk mendapatkan uang, seakan di desa tidak ada peluang. Namun dengan tekad yang kuat dan mencoba mencari informasi melalui rekan-rekan maupun internet akhirnya pak citra mendapat ide untuk membuat kelompok tani  di bidang padi organik. Singkat cerita saat ini kelompok taninya telah sukses (kelompok tani padang jerak) dan pak citra pun sudah dapat menyisihkan uangnya untuk sekedar membuat rumah, membeli sepeda motor dan menyekolahkan anak-anaknya. Dimana ia mengaku sangat berbeda jauh saat dia bekerja di restoran dengan penghasilan UMP (Upah Minimum Propinsi), untuk bayar kos dan makan saja sudah kurang jangankan untuk menyisihkan uang untuk di tabung, karena hidup di Kuta Bali semua pasti serba mahal.
Pak citra bercerita bagaimana dia dapat hidup layak menjadi seorang petani di desa. menurut pak citra jika ingin sukses hidup menjadi petani di desa menjadilah petani seperti orang desa, jangan menjadi petani di desa dengan sifat orang kota. Maksudnya, jika orang di desa wajib memelihara Sapi kambing atau babi kita juga harus memelihara hewan tersebut. Anggap sebagai refreshing dan olahraga saat mencari rumput maupun pakan ternak. Ternak tersebut dapat dijual sebagai tabungan masa depan seperti saat anak mulai mencari sekolah dari SD ke SMP atau dari SMP ke SMA yang membutuhkan biaya tinggi. Atau saat anak SMA membutuhkan sepeda motor, maklum di Bali sepeda motor menjadi wajib (ibarat tanpa motor hidup di bali tanpa kaki). Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makan dan uang saku anak itu diperoleh dari deres tuak (sadap nira), sehari dengan memiliki sekitar belasan pohon kelapa uang yang didapat setiap hari mencapai 50-100 ribu tergantung musim. Apa lagi untuk sayur mayur tidak usah membeli kata pak citra, cukup petik di kebun (Sayur sawi, kangkung, jepang, paku dll) alami dan pasti organik katanya. Sedangkan untuk kebutuhan yang sangat besar seperti membangun dan kebutuhan tak terduga yang memerlukan uang dalam jumlah yang besar dilakukan dengan mengharapkan hasil panen padi organik, dimana dengan luasan 35 are yang dimiliki (meski tidak luas) mampu mendapatkan hasil RP 10.500.000 per 4 bulan (asumsi hasil gabah 6 ton / ha dan harga gabah organik Rp. 5000/kg). Bayangkan perbedaanya jika bekerja di kota dengan penghasilan Rp.1.800.000 per bulan tentu hidup di desa lebih menjanjikan. Selain itu bukan uang yang saya ingin tekankan di sini namun ada banyak hal lain yang baik yang ada di desa. Seperti jika hidup di desa paling tidak tidur kita nyenyak karena paling tidak untuk makan esok hari sudah pasti dapat terpenuhi. Bandingkan dengan hidup di kota dengan uang yang pas-pasan dan semua serba beli (seperti sayur buah dan beras) untuk dimakan esok hari saja itu belum tentu ada dan kadang harus pinjam teman satu kantor. Selain itu menjadi petani di desa itu nyaman dan tentram, tidak ada yang mengatur dan membentak seperti menjadi penjaga toko di kota. Petani adalah raja dan bos bagi lahannya sendiri karena sejatinya petani itu adalah #Etrepreneur alami. Jika menjadi penjaga restoran maupun sekedar penjaga toko semakin tua, kita akan semakin tidak diperlukan karena sudah tidak menarik lagi, Sedangkan menjadi petani (wiraswasta) semakin tua semakin banyak pengalaman yang dimiliki pasti akan semakin sukses. Seperti teman saya yang sekarang sudah menjadi ketua Kelompok tani, Ketua Gapoktan, Sekretaris KTNA Kabupaten dan menjadi petani berprestasi tingkat Kabupaten dan Propinsi yang membuat teman saya tersebut sudah pernah ke banyak kota di Indonesia untuk menghadiri PENAS (Pekan Nasional Petani) maupun pertemuan petani yang lainnya. Dimana hal tersebut sangat susah didapat oleh penjaga toko atau penjaga restoran di kota, (meski tetap ada peluang untuk  dikirim ke luar kota  menghadiri meeting bisnis). Karena meeting tentu saja milik para bos bukanlah milik para bawahan.
Apalagi di jaman sekarang ini dimana pertanian sudah sangat diperhatikan oleh pemerintah. Untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah sangatlah mudah dan sangat difasilitasi, Kuncinya adalah jadilah petani yang melek dunia, banyak teman, banyak info dan rajin mencari informasi.

Mungkin itu saja yang saya ceritakan kali ini, saya sering menceritakan kisah ini di kelas dengan anak didik saya , Namun kali ini saya mencoba menulisnya sebagai kenang-kenangan karena takut ide ini hilang tanpa jejak.

Cerita saya ini bukan bertujuan untuk menjelek-jelekan sesuatu atau pekerjaan sesuatu, tapi saya ingin menceritakan dari sudut pandang positif. Bahwa menjadi seorang petani di desa itu juga baik memiliki peluang untuk sukses yang sama dengan merantau ke kota, Apalagi khusus untuk pemuda lulusan SMK Pertanian dengan bekal yang sangat cukup untuk menjadi petani yang profesional, petani yang memiliki banyak ilmu dan banyak relasi. Bayangkan kalian para pemuda tamatan SMK itu adalah pak citra, Pak citra yang bingung mencari info saat ingin berbuat apa di desa tentu saja kalian tamatan SMK pertanian sudah tau harus berbuat apa, Kalian tahu tren kalian paham teknik budidaya yang baik, kalian tahu cara pemasaran yang baik, kalian memiliki relasi berupa sahabat, rekan alumni, guru yang hebat dan pihak suasta lain yang kalian kenal saat mengikuti magang, lomba-lomba di sekolah dan kegiatan sekolah lainnya.
Come on !!!! dengan sedikit kreatifitas dan semangat dan juga daya juang yang tinggi saya yakin kalian bisa menjadi petani yang sukses di desa dan bisa membangun desa kalian masing-masing.

Semangat para pemuda taniku banggalah kalian menjadi seorang petani!!!!



Pak Cita Saat Menjadi mentor melatih petani di daerah Tabanan untuk mengemas buah labu siam yang baik


Siswa SMK Pertanian mengikuti lomba kompetensi siswa tingkat propinsi dengan tema 
"pengujian mutu benih" 

1 komentar:

  1. Saya akan merekomendasikan siapa pun yang mencari pinjaman Bisnis ke Le_Meridian, mereka membantu saya dengan pinjaman Empat Juta USD untuk memulai bisnis Quilting saya dan itu cepat. Ketika mendapatkan pinjaman dari mereka, mengejutkan betapa mudahnya mereka bekerja. Mereka dapat membiayai hingga jumlah $ 500.000.000.000 (Lima Ratus Juta Dolar) di wilayah mana pun di dunia selama ada 1,9% ROI yang dapat dijamin pada proyek tersebut. Prosesnya cepat dan aman. Itu benar-benar pengalaman positif. Hindari penipu di sini dan hubungi Layanan Pendanaan Le_Meridian Di. lfdsloans@lemeridianfds.com / lfdsloans@outlook.com. WhatsApp ... + 19893943740. jika Anda mencari pinjaman bisnis.

    BalasHapus