Hama Penyakit pada Tanaman Cabai dan Cara Praktis Pengendaliannya
"secara organik dan kimia*
Tanaman cabai merupakan tanaman yang banyak
dibudidayakan di daerah Indonesia, Kebutuhan akan cabai di indonesia sangatlah
tinggi karena kebiasaan orang indonesia menggunakan cabai sebagai sambal dan
bumbu utama masakan. Namun dalam teknik budidayanya tanaman cabai paling rentan
terkena serangan hama dan penyakit (jamur, bakteri virus). Hampir tidak pernah
ditemui tanaman cabai bebas dari hama dan penyakit terutama cabai rawit (Capsicum
anuum.L).
Untuk mengendalikan hama dan penyakit pada
tanaman cabai maka harus diketahui terlebih dahulu penyebab dari hama penyakit
tersebut, mengetahui karakteristik dan gejala yang ditimbulkan. Setelah itu
baru dicari cara guna mengatasinya. Berikut deskripsi beberapa jenis hama dan
penyakit tanaman cabai, gejala serangan nya dan cara mengatasinya.
I.
Ulat Grayak
Gejala : Pada tanaman muda ulat terlihat memakan daun, daun menjadi
berlobang karena dimakan ulat. Ulat ini menyerang daun cabai yang muda.
Pengendalian : Dengan menggunakan insektisida (Curakro, Decis) dan perlu
diingat bahwa efektifitas suatu pestisida akan berbeda pada setiap daerah
karena daya tahan ulat pada daerah tersebut. Dan disarankan untuk mengganti pestisida untuk beberapa musim tanam.
II.
Ulat Tanah
Gejala serangan : Ulat tanah ini menyerang tanaman cabai saat
masih muda, ulat memotong batang tanaman yang masih muda. Tanaman akan terlihat
rebah dan terpotong. Jika bedengan dan tanah dibuka akan terlihat ulat tanah
ini bersembunyi. Serangan dari ulat tanah sangat berbahaya karena ulat langsung
memotong batang tanaman saat tanaman masih kecil 1-6 minggu setelah tanam.
Pencegahan: Ulat tanah dapat dikendalikan dengan pengolahan tanah yang
baik sehingga tanah menjadi bersih dan steril. Ulat tanah juga dapat
dikendalikan dengan pestisida furadan yang diaplikasikan pada tanah dan lubang
tanam. Agar pengendalian lebih efektif saat tanaman terserang pertama kali
harus segera dikendalikan. Untuk penyemprotan dapat menggunakan pestisida
curakron, decis atau prevaton.
III.
Tikus
Gejala Serangan : Hama tikus akan mererang buah tanaman cabai.
Buah akan hilang sedikit demi sedikit dan jika ditelusuri buah akan terkumpul
pada suatu tempat seperti pada semak-semak dekat pertanaman cabai atau di bawah
bedengan tanaman cabai. Dan jika diperhatikan pada malam hari akan terlihat
gaduh pada perkebunan cabai karena tikus beraksi sampai memanjat pohon cabai
untuk mendapatkan buah tanaman cabai.
Cara Pencegahan : Sampai saat ini belum diketaui pencegahan hama
tikus yang paling efektif. Untuk mengurangi serangan dapat menggunakan
pestisida rodentisida yang berupa makanan tikus yang merupakan racun seperti
merek DORA, RACTIS dan lain-lain.
Namun
cara tersebut kadang tidak efektif. Secara teori serangan tikus memang akan
terjadi dan akan berpola. Dimana serangan akan selalu datang pada wilayah yang
sama. Hal tersebu7t karena satu wilayah yang telah ditandai dengan tanda
makanan oleh si tikus, maka serangan akan datang ke tempat yang sama. Coba kita
cermati serangan tikus yang terjadi meskipun dalam petakan yang berdekatan
belum tentu petakan yang di sebelahnya terserang meski petankan yang sebelahnya
terserang habis. Selain itu pertumbuhan tikus juga memiliki pola dimana tikus
akan berkembang biak sangat pesat pada awal musim hujan dimana awal musim hujan
banyak terdapat makanan (petani mulai bercocok tanam) Namun pada musim kemarau
(musim paceklik) tikus akan membunuh anaknya atau saling serang dengan tikus
yang lain sehingga hal tesebut menekan populasi dari hama tikus. Coba kita banyangkan
jika tidak terjadi pola seperti hal di atas. Satu ekor tikjus dapat memiliki
anak 12 -15 ekor dan dapat kembali menghasikan anak setelah 21 hari. Berapa
populasi tikus jika itu terjadi secara terus menerus. Namun kenyataannya adalah
serangan tikus tidak terjadi sepanjang tahun namun pada musim-musim tertentu
saja. Maka oleh karena itu pengendalian yang efektif adalah menjaga
keseimbangan ekosistem. Seperti tetap menjaga kelestarian dari populasi
predator dari tikus seperti elang, buriung hantu dan ular.
IV.
Trip
Gejala serangan : serangan ini disebabkan oleh hama Bemisia
tabaci Genn. Hama trips menyerang tanaman cabe dengan cara menghisap cairan
tanaman pada daun muda dan bunga. Gejala yang di timbulkan dari serangan
hama thrips ini terlihat pada permukaan bawah daun atau bunga. Kerusakan
tanaman ditandai dengan adanya bercak-bercak putih atau keperak-perakan/
kekuning-kuningan terutama pada permukaan bawah daun. Gejala bercak
keperak-perakan awalnya tampak dekat tulang daun menjalar ke tulang daun hingga
seluruh permukaan daun menjadi kuning. Daun kemudian menjadi coklat,
mengeriting atau keriput dan akhirnya kering. Pada
intensitas serangan yang tinggi, tepi daun berkerut, menggulung ke atas dan
timbul benjolan seperti tumor. Daun
yang menggulung tersebut di jadikan tempat perkembang biakan thrips apabila
dibuka, akan terdapat imago (anak thrips ) yang berkelompok. Jika sudah
demikian akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi kerdil dan tidak dapat
menghasilkan bunga
Serangan dari hama trip akan menyebabkan tanaman cabai
menjadi kriting karena trip merupakan vektor dari penyakit virus (CMV maupun
TMV).
Cara
Pencegahan : Secara umum serangan kutu akan tinggi pada musim kemarau dan
tanaman kekurangan air. Jadi pastikan menanam tanaman cabai tidak pada musim
kemarau panjang dan meskipun kemarau pastikan irigasi mencukupi. Dapat juga
dilakukan dengan penyemprotan pestisida setelah tanaman tumbuh atau sebelum
terjadi serangan hama. Hal ini sangat efektif dilakukan dari pada penyemprotan
setelah terjadi serangan hama. Pestisida yang baik untuk pencegahan hama
keriting pada tanaman cabe contohnya seperti pestisida yang berbahan aktif
Fipronil, Imidakloprid dll. Agar dapat agar dapat bertahan lama dapat juga di
campur dengan perekat pestisida, serta pupuk daun untuk menambah kesuburan
tanaman
V.
Kutu Putih
Gejala Serangan : disebabkan
oleh hama Paracoccus marginatus Williams and Granara de Willin. Gejala serangan kutu putih
adalah daun dipenuhi dengan benang-benang putih, dan bagian tulang daun
terlihat guratan seperti cairan yang terhisap.
Cara Pencegahan : Secara umum serangan kutu akan tinggi pada musim kemarau dan
tanaman kekurangan air. Jadi pastikan menanam tanaman cabai tidak pada musim
kemarau panjang dan meskipun kemarau pastikan irigasi mencukupi. Sebagaimana
kutu putih pada umumnya, warna putih terjadi karena tubuhnya dilapisi oleh
lilin. Lapisan lilin ini menyebabkan insektisida sulit dapat membunuhnya. Untuk
mengatasi OPT ini diperlukan penyemprotan dengan air yang dicampur dengan
deterjen. Di negara-negara lain, OPT ini dikendalikan secara hayati dengan
menggunakan parasitoid Acerophagus papayae Noyes
& Schauff, Anagyrus loeckiNoyes, Pseudleptomastrix mexicana Noyes & Schauff yang berdasarkan
hasil penelitian peneliti USDA/ARS ternyata sangat efektif.
1.
ANTRAKNOSA
Gejala : bercak lonjong pada buah, bintik-bintik oranye atau hitam, buah busuk dan kering
Faktor pembawa : tersebar melalui udara, bertahan di tanah
Faktor lingkungan yang mendukung : kelembaban tinggi, disemua ketinggian
Teknik pengendalian :
membersihkan lahan dari sisa tanam sebelumnya
pengamatan, memetik dan membuang buah yang terinfeksi
penyemprotan fungisida berbahan aktif
kloratalonil, karbendazim, propineb,
heksakonazol
2.
Bercak
bakteri pada daun
Agensia penyebab :
bakteri xanthomonas campestris pv vesicatoria
Gejala :
bercak
kecil, keras, cekung, berwarna kecoklatan, pecah pada tangkai buah atau bercak
kecoklatan tidak beraturan pada daun
Faktor pembawa : tersebar melalui tanah dan cipratan air
Faktor lingkungan yang mendukung : suhu hangat, kelembaban tinggi, hujan yang cukup, penyakit umum terjadi didaerah dataran rendah ke menengah, sedikit terjadi di dataran tinggi
Teknik pengendalian :
membersihkan lahan dari sisa tanam sebelumnya
apabila ada riwayat serangan bacterial spot pada masa tanam tomat/cabe sebelumnya, maka perlakuan tanah dengan belerang dianjurkan
pengamatan dan mengurangi daun bagian bawah yang sudah terserang
penyemprotan fungisida berbahan aktif tembaga, bakterisida berbahan aktif validamycine dan belerang
Faktor pembawa : tersebar melalui tanah dan cipratan air
Faktor lingkungan yang mendukung : suhu hangat, kelembaban tinggi, hujan yang cukup, penyakit umum terjadi didaerah dataran rendah ke menengah, sedikit terjadi di dataran tinggi
Teknik pengendalian :
membersihkan lahan dari sisa tanam sebelumnya
apabila ada riwayat serangan bacterial spot pada masa tanam tomat/cabe sebelumnya, maka perlakuan tanah dengan belerang dianjurkan
pengamatan dan mengurangi daun bagian bawah yang sudah terserang
penyemprotan fungisida berbahan aktif tembaga, bakterisida berbahan aktif validamycine dan belerang
3.
Bercak
cercospora
Organisme penyebab::
jamur cercospora copsici
Gejala : bercak coklat kecil dengan pusat putih seperti “mata kodok”
faktor pembawa : tersebar melalui udara dan cipratan air
faktor lingkungan yang mendukung : suhu hangat, kelembaban tinggi, penyakit ini dapat terjadi di semua ketinggian
Teknik pengendalian : membersihkan lahan
pengamatan dan membuang daun-daun bawah yang terinfeksi
penyemprotan fungisida berbahan aktif dimetomorf, kloratalonil, propikonazol, mankozeb, belerang, benomil, propineb dan tembaga oksiklorida
4.
Bercak stemphylium
Agensia penyebab : jamur stemphylium sp
Gejala : bercak kecil putih dibatasi nekrotik coklat tipis pada bagian bercak daun menjadi sangat tips dan udah robek
Faktor pembawa : tersebar melalui udara
Faktor lingkungan yang mendukung : kelembaban tinggi,
Teknik pengendalian : membersihkan lahan dan pengamatan membuang daun daun bawah yang terinfeksi penyemprotan fungisida berbahan aktif heksakonazol, tebukonazol, metiram, difenokonazol dan kloratalonil pada kondisi pupuk n tinggi dapat menjadi masalah utama karena membuat daun menjadi rontok dan dapat menyebabkan produksi menurun
5.
Cucumovirus
Agensia penyebab : virus cucumber mosaic virus (cmv)
Faktor pembawa : kontak dan aphid
Bagian yang terserang: daun, buah
Gejala : gejala diawali dari daun-daun pucuk yang berubah bentuk dan warna menjadi mosaik kuning. beberapa menyebutkan shoe string atau tali sepatu sebagai gejala spesifik dari cmv
Faktor lingkungan yang mendukung : virus ini dapat menyerang tanaman disemua ketinggian dan berbagi kondisi cuaca
Teknik pengendalian :
membersihkan lahan dari sisa pertanaman dan gulma pengamatan, mencabut dan membakar tanaman yang terinfeksi mencuci tangan setelah memegang tanaman sakit mengendalikan aphid yang menjadi inang dengan insektisida berbahan aktif abamektin, deltametrin dan alfa sipermetrin
6.
Embun
tepung
Agensia penyebab : jamur leveilulla sp
Gejala : massa jamur tebal terlihat berwarna putih pada permukaan bawah daun dan batang. pada serangan hebat daun akan gugur
Faktor pembawa : tersebar melalui udara dan cipratan air
Faktor lingkungan yang mendukung : suhu sejuk, kelembaban tinggi, hujan yang cukup, banyak terdapat dataran menengah dan tinggi
Teknik pengendalian : perlakuan tanah dengan belererang dan membersihkan lahan pengamatan, membuang daun-daun bagian bawah yang terinfeksi penyemprotan fungisida berbahan aktif belerang, tridemorf, dinikonazol, dinokarp
7.
Layu
bakteri
Gejala : layu hijau/layu bujang, layu berawal dari bagian atas/pucuk/daun yang muda
Faktor pembawa : tersebar melalui tanah
Faktor lingkungan yang mendukung : suhu hangat, kelembaban tinggi, dapat terjadi di semua ketinggian, terutama dataran rendah dan menengah
Teknik pengendalian : apabila lahan memiliki riwayat pertanaman cabai/tomat/terong yang layu, maka sebelum tanam lahan diolah dengan mencampur dengan belerang membersihkan lahan dari sisa tanaman pengamatan, mencabut dan membakar tanaman layu dan mengocor lubang\ tanam dengan bakterisida yang mengandung streptomycine, kasugamycine hidroklorida, oksitetrasiklin, atau fungisida yang berbahan aktif belerang, tembaga, dazomet dan asam oksolinik
9.
Tobamovirus
(tmv)
Agensia penyebab :
virus tobacco mosaic virus (tmv)
Gejala : gejala diawali dari daun-daun pucuk yang berubah bentuk dan warna menjadi mosaik. keduanya dari golongan tobamovirus
Faktor
pembawa : kontak (avrdc menyatakan bahwa tmv juga bisa
menular melalui tanah, atau sisa tanaman dalam tanah)
Faktor lingkungan yang mendukung : suhu sejuk, banyak terdapat di dataran menengah dan tinggi
Teknik pengendalian : tidak merokok,
membersihkan lahan dari sisa pertanaman sebelumnya pengamatan,
mencabut dan membakar tanaman yang terinfeksi mencuci
tangan setelah memegang tanaman sakit.
UNTUK PENGENDALIAN SECARA ORGANIK
Secara umum pengendalian secara organik lebih bersifat prefentif, dan untuk kasus pada tanaman cabai sanagat susah dikendalikan secara organik, dari beberapa percobaan maupun diskusi dengan dosen dan ahli tanaman cabai, sangat sulit mengendalikan hama penyakit tanaman cabai secara organik.
Namun untuk mengurangi serangan dan jika cuaca dan kondisi alam mendukung pengendalian penyakit pada tanaman cabai dapat dilakukan dengan pestisida organik sebagai berikut
Untuk jenis Hama : Ekstrak pahit-pahitan, Ekstrak buah cabai, Ekstrak kembang bintang, Ekstrak Daun Nimba, Daun Sirsak
Untuk Hama tikus : Gadung Racun (sebagai umpan)
Untuk jenis jamur : Ekstrak Sereh, Ekistrak daun sirih, Eksrak tembakau
Untuk Jenis Bakteri : Ekstrak bawang putih.
Untuk meningkatkan efektifitas pestisida nabati pada pengendalian jenis hama sebaiknya dilakukan malam hari karena hama keluar dan aktif pada saat malam hari.
* Semoga artikel ini bermanfaat jika ada masukan dan saran silahkan di komen. dan jika dianggap bermanfaat silahkan dibagikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar