Sabtu, 28 November 2015

Hama penyakit pada tanaman cabai dan cara praktis pengendaliannya

Hama Penyakit pada Tanaman Cabai dan Cara Praktis Pengendaliannya
"secara organik dan kimia*


Setelah sekian lama mengumpulkan data-data dari pengamatan langsung maupun wawancara dengan petani cabai, akhirnya bisa menulis artikel" hama penyakit pada tanaman cabai dan cara praktis pengendaliannya". 

Tanaman cabai merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di daerah Indonesia, Kebutuhan akan cabai di indonesia sangatlah tinggi karena kebiasaan orang indonesia menggunakan cabai sebagai sambal dan bumbu utama masakan. Namun dalam teknik budidayanya tanaman cabai paling rentan terkena serangan hama dan penyakit (jamur, bakteri virus). Hampir tidak pernah ditemui tanaman cabai bebas dari hama dan penyakit terutama cabai rawit (Capsicum anuum.L).

Untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman cabai maka harus diketahui terlebih dahulu penyebab dari hama penyakit tersebut, mengetahui karakteristik dan gejala yang ditimbulkan. Setelah itu baru dicari cara guna mengatasinya. Berikut deskripsi beberapa jenis hama dan penyakit tanaman cabai, gejala serangan nya dan cara mengatasinya.

I.      Ulat Grayak



Gejala : Pada tanaman muda ulat terlihat memakan daun, daun menjadi berlobang karena dimakan ulat. Ulat ini menyerang daun cabai yang muda.

Pengendalian : Dengan menggunakan insektisida (Curakro, Decis) dan perlu diingat bahwa efektifitas suatu pestisida akan berbeda pada setiap daerah karena daya tahan ulat pada daerah tersebut. Dan disarankan untuk mengganti pestisida untuk beberapa musim tanam.


II.   Ulat Tanah


Gejala serangan : Ulat tanah ini menyerang tanaman cabai saat masih muda, ulat memotong batang tanaman yang masih muda. Tanaman akan terlihat rebah dan terpotong. Jika bedengan dan tanah dibuka akan terlihat ulat tanah ini bersembunyi. Serangan dari ulat tanah sangat berbahaya karena ulat langsung memotong batang tanaman saat tanaman masih kecil 1-6 minggu setelah tanam.

Pencegahan: Ulat tanah dapat dikendalikan dengan pengolahan tanah yang baik sehingga tanah menjadi bersih dan steril. Ulat tanah juga dapat dikendalikan dengan pestisida furadan yang diaplikasikan pada tanah dan lubang tanam. Agar pengendalian lebih efektif saat tanaman terserang pertama kali harus segera dikendalikan. Untuk penyemprotan dapat menggunakan pestisida curakron, decis atau prevaton.


III.     Tikus

Gejala Serangan : Hama tikus akan mererang buah tanaman cabai. Buah akan hilang sedikit demi sedikit dan jika ditelusuri buah akan terkumpul pada suatu tempat seperti pada semak-semak dekat pertanaman cabai atau di bawah bedengan tanaman cabai. Dan jika diperhatikan pada malam hari akan terlihat gaduh pada perkebunan cabai karena tikus beraksi sampai memanjat pohon cabai untuk mendapatkan buah tanaman cabai.

Cara Pencegahan : Sampai saat ini belum diketaui pencegahan hama tikus yang paling efektif. Untuk mengurangi serangan dapat menggunakan pestisida rodentisida yang berupa makanan tikus yang merupakan racun seperti merek DORA, RACTIS dan lain-lain.

Namun cara tersebut kadang tidak efektif. Secara teori serangan tikus memang akan terjadi dan akan berpola. Dimana serangan akan selalu datang pada wilayah yang sama. Hal tersebu7t karena satu wilayah yang telah ditandai dengan tanda makanan oleh si tikus, maka serangan akan datang ke tempat yang sama. Coba kita cermati serangan tikus yang terjadi meskipun dalam petakan yang berdekatan belum tentu petakan yang di sebelahnya terserang meski petankan yang sebelahnya terserang habis. Selain itu pertumbuhan tikus juga memiliki pola dimana tikus akan berkembang biak sangat pesat pada awal musim hujan dimana awal musim hujan banyak terdapat makanan (petani mulai bercocok tanam) Namun pada musim kemarau (musim paceklik) tikus akan membunuh anaknya atau saling serang dengan tikus yang lain sehingga hal tesebut menekan populasi dari hama tikus. Coba kita banyangkan jika tidak terjadi pola seperti hal di atas. Satu ekor tikjus dapat memiliki anak 12 -15 ekor dan dapat kembali menghasikan anak setelah 21 hari. Berapa populasi tikus jika itu terjadi secara terus menerus. Namun kenyataannya adalah serangan tikus tidak terjadi sepanjang tahun namun pada musim-musim tertentu saja. Maka oleh karena itu pengendalian yang efektif adalah menjaga keseimbangan ekosistem. Seperti tetap menjaga kelestarian dari populasi predator dari tikus seperti elang, buriung hantu dan ular.


IV.     Trip

Gejala serangan : serangan ini disebabkan oleh hama Bemisia tabaci Genn. Hama trips menyerang tanaman cabe dengan cara menghisap cairan tanaman pada daun muda dan bunga. Gejala yang di timbulkan dari serangan hama thrips ini terlihat pada permukaan bawah daun atau bunga.  Kerusakan tanaman ditandai dengan adanya bercak-bercak putih atau keperak-perakan/ kekuning-kuningan terutama pada permukaan bawah daun.  Gejala bercak keperak-perakan awalnya tampak dekat tulang daun menjalar ke tulang daun hingga seluruh permukaan daun menjadi kuning.  Daun kemudian menjadi coklat, mengeriting atau keriput dan akhirnya kering. Pada intensitas serangan yang tinggi, tepi daun berkerut, menggulung ke atas dan timbul benjolan seperti tumor. Daun yang menggulung tersebut di jadikan tempat perkembang biakan thrips apabila dibuka, akan terdapat imago (anak thrips ) yang berkelompok. Jika sudah demikian akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi kerdil dan tidak dapat menghasilkan bunga
Serangan dari hama trip akan menyebabkan tanaman cabai menjadi kriting karena trip merupakan vektor dari penyakit virus (CMV maupun TMV).

Cara Pencegahan : Secara umum serangan kutu akan tinggi pada musim kemarau dan tanaman kekurangan air. Jadi pastikan menanam tanaman cabai tidak pada musim kemarau panjang dan meskipun kemarau pastikan irigasi mencukupi. Dapat juga dilakukan dengan penyemprotan pestisida setelah tanaman tumbuh atau sebelum terjadi serangan hama. Hal ini sangat efektif dilakukan dari pada penyemprotan setelah terjadi serangan hama. Pestisida yang baik untuk pencegahan hama keriting pada tanaman cabe contohnya seperti pestisida yang berbahan aktif Fipronil, Imidakloprid dll. Agar dapat agar dapat bertahan lama dapat juga di campur dengan perekat pestisida, serta pupuk daun untuk menambah kesuburan tanaman



V.     Kutu Putih

Gejala Serangan : disebabkan oleh hama Paracoccus marginatus Williams and Granara de Willin. Gejala serangan kutu putih adalah daun dipenuhi dengan benang-benang putih, dan bagian tulang daun terlihat guratan seperti cairan yang terhisap.

Cara Pencegahan : Secara umum serangan kutu akan tinggi pada musim kemarau dan tanaman kekurangan air. Jadi pastikan menanam tanaman cabai tidak pada musim kemarau panjang dan meskipun kemarau pastikan irigasi mencukupi. Sebagaimana kutu putih pada umumnya, warna putih terjadi karena tubuhnya dilapisi oleh lilin. Lapisan lilin ini menyebabkan insektisida sulit dapat membunuhnya. Untuk mengatasi OPT ini diperlukan penyemprotan dengan air yang dicampur dengan deterjen. Di negara-negara lain, OPT ini dikendalikan secara hayati dengan menggunakan parasitoid Acerophagus papayae Noyes & Schauff, Anagyrus loeckiNoyes, Pseudleptomastrix mexicana Noyes & Schauff yang berdasarkan hasil penelitian peneliti USDA/ARS ternyata sangat efektif. 


Penyakit

1.       ANTRAKNOSA 




Organisme penyebab :  jamur colletotrichum sp, ada 4 species colletotrichum acutatum (dominan), colletotrichum gloeosporioides, colletotrichum capsici, colletotrichum boninense

Gejala : bercak lonjong pada buah, bintik-bintik oranye atau hitam, buah busuk dan kering

Faktor pembawa : tersebar melalui udara, bertahan di tanah

Faktor lingkungan yang mendukung : kelembaban tinggi, disemua ketinggian

Teknik pengendalian : 

membersihkan lahan dari sisa tanam sebelumnya

pengamatan, memetik dan membuang buah yang terinfeksi
penyemprotan fungisida berbahan aktif 
kloratalonil, karbendazim, propineb, 
heksakonazol



2.      Bercak bakteri pada daun

 

Agensia penyebab :
bakteri xanthomonas campestris pv vesicatoria

Gejala :
bercak kecil, keras, cekung, berwarna kecoklatan, pecah pada tangkai buah atau bercak kecoklatan tidak beraturan pada daun

Faktor pembawa : tersebar melalui tanah dan cipratan air

Faktor lingkungan yang mendukung : suhu hangat, kelembaban tinggi, hujan yang cukup, penyakit umum terjadi didaerah dataran rendah ke menengah, sedikit terjadi di dataran tinggi

Teknik pengendalian : 
membersihkan lahan dari sisa tanam sebelumnya 
apabila ada riwayat serangan bacterial spot pada masa tanam tomat/cabe sebelumnya, maka perlakuan tanah dengan belerang dianjurkan
pengamatan dan mengurangi daun bagian bawah yang sudah terserang 
penyemprotan fungisida berbahan aktif tembaga, bakterisida berbahan aktif validamycine dan belerang


3.      Bercak cercospora



Organisme penyebab:: jamur cercospora copsici

Gejala : bercak coklat kecil dengan pusat putih seperti “mata kodok”
faktor pembawa : tersebar melalui udara dan cipratan air
faktor lingkungan yang mendukung : suhu hangat, kelembaban tinggi, penyakit ini dapat terjadi di semua ketinggian

Teknik pengendalian : membersihkan lahan 
pengamatan dan membuang daun-daun bawah yang terinfeksi
penyemprotan fungisida berbahan aktif dimetomorf, kloratalonil, propikonazol, mankozeb, belerang, benomil, propineb dan tembaga oksiklorida




4.      Bercak stemphylium





Agensia penyebab : jamur stemphylium sp

Gejala : bercak kecil putih dibatasi nekrotik coklat tipis pada bagian bercak daun menjadi sangat tips dan udah robek

Faktor pembawa : tersebar melalui udara

Faktor lingkungan yang mendukung : kelembaban tinggi, 

Teknik pengendalian membersihkan lahan dan pengamatan  membuang daun daun bawah yang terinfeksi  penyemprotan fungisida berbahan aktif heksakonazol, tebukonazol, metiram, difenokonazol dan kloratalonil pada kondisi pupuk n tinggi dapat menjadi masalah utama karena membuat daun menjadi rontok dan dapat menyebabkan produksi menurun


5.      Cucumovirus




Agensia penyebab : virus cucumber mosaic virus (cmv) 
Faktor pembawa : kontak dan aphid

Bagian yang terserang: daun, buah

Gejala : gejala diawali dari daun-daun pucuk yang berubah bentuk dan warna menjadi mosaik kuning. beberapa menyebutkan shoe string atau tali sepatu sebagai gejala spesifik dari cmv

Faktor lingkungan yang mendukung : virus ini dapat menyerang tanaman disemua ketinggian dan berbagi kondisi cuaca

Teknik pengendalian : 
membersihkan lahan dari sisa pertanaman dan gulma  pengamatan, mencabut dan membakar tanaman yang terinfeksi  mencuci tangan setelah memegang tanaman sakit mengendalikan aphid yang menjadi inang dengan insektisida berbahan aktif abamektin, deltametrin dan alfa sipermetrin

6.      Embun tepung
  

 








Agensia penyebab :  jamur leveilulla sp

Gejala : massa jamur tebal terlihat berwarna putih pada permukaan bawah daun dan batang. pada serangan hebat daun akan gugur

Faktor pembawa : tersebar melalui udara dan cipratan air

Faktor lingkungan yang mendukung : suhu sejuk, kelembaban tinggi, hujan yang cukup, banyak terdapat dataran menengah dan tinggi

Teknik pengendalian :  perlakuan tanah dengan belererang dan membersihkan lahan  pengamatan, membuang daun-daun bagian bawah yang terinfeksi  penyemprotan fungisida berbahan aktif belerang, tridemorf, dinikonazol, dinokarp


7.      Layu bakteri 



  Organisme penyebab :  bakteri ralstonia solanacearum

Gejala : layu hijau/layu bujang, layu berawal dari bagian atas/pucuk/daun yang muda

Faktor pembawa : tersebar melalui tanah

Faktor lingkungan yang mendukung : suhu hangat, kelembaban tinggi, dapat terjadi di semua ketinggian, terutama dataran rendah dan menengah 

Teknik pengendalian :  apabila lahan memiliki riwayat pertanaman cabai/tomat/terong yang layu, maka sebelum tanam lahan diolah dengan mencampur dengan belerang membersihkan lahan dari sisa tanaman pengamatan, mencabut dan membakar tanaman layu dan mengocor lubang\ tanam dengan bakterisida yang mengandung streptomycine, kasugamycine hidroklorida, oksitetrasiklin, atau fungisida yang berbahan aktif belerang, tembaga, dazomet dan asam oksolinik


9.      Tobamovirus (tmv)

Agensia penyebab : virus tobacco mosaic virus (tmv)

Gejala : gejala diawali dari daun-daun pucuk yang berubah bentuk dan warna menjadi mosaik.  keduanya dari golongan tobamovirus

Faktor pembawa : kontak (avrdc menyatakan bahwa tmv juga bisa menular melalui tanah, atau sisa tanaman dalam tanah)

Faktor lingkungan yang mendukung : suhu sejuk, banyak terdapat di dataran menengah dan tinggi

Teknik pengendalian :  tidak merokok,  membersihkan lahan dari sisa pertanaman sebelumnya  pengamatan, mencabut dan membakar tanaman yang terinfeksi  mencuci tangan setelah memegang tanaman sakit.

UNTUK PENGENDALIAN SECARA ORGANIK

Secara umum pengendalian secara organik lebih bersifat prefentif, dan untuk kasus pada tanaman cabai sanagat susah dikendalikan secara organik, dari beberapa percobaan maupun diskusi dengan dosen dan ahli tanaman cabai, sangat sulit mengendalikan hama penyakit tanaman cabai secara organik. 

Namun untuk mengurangi serangan dan jika cuaca dan kondisi alam mendukung pengendalian penyakit pada tanaman cabai dapat dilakukan dengan pestisida organik sebagai berikut

Untuk jenis Hama : Ekstrak pahit-pahitan, Ekstrak buah cabai, Ekstrak kembang bintang, Ekstrak Daun Nimba, Daun Sirsak
Untuk Hama tikus : Gadung Racun (sebagai umpan)
Untuk jenis jamur : Ekstrak Sereh, Ekistrak daun sirih, Eksrak tembakau
Untuk Jenis Bakteri : Ekstrak bawang putih.

Untuk meningkatkan efektifitas pestisida nabati pada pengendalian jenis hama sebaiknya dilakukan malam hari karena hama keluar dan aktif pada saat malam hari.



* Semoga artikel ini bermanfaat jika ada masukan dan saran silahkan di komen. dan jika dianggap bermanfaat silahkan dibagikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar