Minggu, 29 November 2015

Penelitian Tindakan Kelas PTK (Konsep dan Prosedur)

Kali ini saya akan mencoba membagi ilmu yang saya dapat saat mengikuti diklat Karya Tulis Ilmiah secara online yang diselenggarakan oleh LPTK PPPPTK Bandung. Karena menurut saya materinya sangat bagus dan lengkap dan baik digunakan bagi guru pemula yang hendak mencoba menulis PTK. Karena PTK saat ini menjadi wajib bagi seorang guru profesional maka saya akan mencoba membagi materi ini. Meskipun saya belum begitu ahli membuat PTK.
Konsep dan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Pada awalnya, penelitian tindakan (action research) dikembangkan dengan tujuan untuk mencari penyelesaian terhadap problema sosial (termasuk pendidikan). Penelitian tindakan diawali dengan suatu kajian terhadap suatu masalah secara sistematis (Kemmis dan Taggart, 1988). Hasil kajian ini dija- dikan dasar untuk menyusun suatu rencana kerja (tindakan) sebagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Kegiatan berikutnya adalah pelaksanaan tindakan dilanjutkan dengan observasi dan evaluasi. Hasil observasi dan eva- luasi digunakan sebagai masukkan melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada saat pelaksanaan tindakan. Hasil refleksi kemudian dijadikan landasan untuk menentukan perbaikan serta penyempurnaan tindakan selanjutnya.
Mengacu pada tujuan dari diklat ini, maka indikator ketercapaian dari pembelajaran materi KB 1 atau Konsep Dasar dan Prosedur Pelaksanaan PTK ini adalah peserta diharapkan dapat:
Ø Menjelaskan pengertian dari penelitian tindakan kelas.
Ø Menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian tindakan kelas.
Ø Menjelaskan karakteristik penelitian tindakan kelas.
Ø Menjelaskan prinsip dasar penelitian tindakan kelas.
Ø Menggambarkan tahapan tindakan  dalam siklus penelitian tindakan kelas.
Ø Mengelaborasi pemahaman dari setiap tahapan dalam siklus penelitian tindakan kelas.
PTK adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung. PTK dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran. PTK berfokus pada kelas atau pada proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Dengan kata lain PTK adalah suatu kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan belajar yang diberikan tindakan, yang secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas, dengan tujuan memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut. Tindakan yang secara sengaja dilakukan tersebut diberikan oleh guru atau berdasarkan arahan guru yang kemudian dilakukan oleh siswa.

Suharsimi (2002) menjelaskan PTK melalui gabungan definisi dari tiga kata yaitu “Penelitian” + “Tindakan“ + “Kelas”. Makna setiap kata tersebut adalah sebagai berikut.
Penelitian; kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam memecahkan suatu masalah dan meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

Tindakan; suatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian ini berbentuk suatu rangkaian siklus kegiatan.

Kelas; sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Siswa yang belajar tidak hanya terbatas dalam sebuah ruangan kelas saja, melainkan dapat juga ketika siswa sedang melakukan karyawisata, praktikum di laboratorium, atau belajar tempat lain di bawah arahan guru.

Dengan demikian dapat juga diartikan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkandan terjadi dalam sebuah kelas. Penelitian ini muncul karena ada kesadaran pelaku kegiatan yang merasa tidak puas terhadap hasil kerjanya. Berdasarkan kesadaransendiri tersebut, pelaku yang bersangkutan mencoba menyempurnakan pekerjaannya, dengan cara melakukan percobaan yang dilakukan berulang-ulang, prosesnya diamati secara sungguh-sungguh sampai mendapatkan proses yang dirasakan memberikan hasil yang lebih baik dari semula.

Penelitian tindakan kelas ini sebetulnya tidak sulit, karena guru tinggal melakukan dengan sengaja dan diamati hasilnya secara seksama. Kadang memang terasa sulit, karena hambatannya muncul pada bagaimana mencari judul ketika akan memulai kegiatannya. Pada hal sesungguhnya permasalahan guru itu sebanarnya begitu banyak. Jika guru menyadari ada kelemahan hasil dari pekerjaannya, maka sesungguhnya itulah hal yang tepat dijadikan judul penelitian.

Berikut ini ada contoh sederhana dari penelitian tindakan kelas:
 “Seorang guru mengamati bahwa siswanya dalam membuat catatan pembelajaran  kurang serius dan hasilnya kurang baik.  Dimana catatan tersebut tidak  rapi, tidak lengkap, dan banyak yang salah. Guru tersebut berpikir bagaimana cara menngatasi hal tersebut. Pada saat guru tersebut mulai berpikir untuk mengatasi masalah, sesungguhnya guru yang bersangkutan sudah memiliki keinginan untuk melakukan penelitian tindakan kelas. Salah satu solusi yang dia pikirkan adalah mengumpulkan catatan siswa pada priode tertentu, kemudian catatan tersebut diperiksa, diberi tanda-tanda koreksi dan kemudian dikembalikan. Mengoreksi catatan adalah langkah awal atau bagian dari bentuk tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini. Ketika buku catatan dikembalikan, guru memperhatikan reaksi siswa pemilik catatan, ditanya apa sebab catatan mereka tidak baik, kemudian diberi petunjuk bagaimana membuat catatan yang baik. Selanjutnya diamati apakah dihari-hari berikutnya ada perubahan terhadap catatannya. Dari hasil amatan ini guru membuat kesimpulan, bahwa bila guru memeriksa dan memberikan umpan balik kepada siswa, dan siswa dengan senang hati memperbaiki berdasarkan saran-saran yang diberikan, catatan siswa akan menjadi rapi, lengkap, dan benar.”

Peristiwa yang diceritakan di atas sudah merupakan salah satu contoh cuplikan penelitian tindakan kelas. Dikatakan cuplikan karena prosesnya belum selesai, tetapi sudah menunjukan betapa sederhananya tindakan yang diambil. Ini menggambarkan bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak sukar. Siapa saja yang mempunyai ide untuk memecahkan masalah, pasti dapat melakukannya. Untuk melakukannya perlu ada niat, dan siap melakukannya dengan serius.

Berdasarkan pengertian di atas dan prinsip penelitian bahwa harus ada masalah dan tindakan yang dirancang sebelumnya, maka komponen yang terdapat dalam sebuah kelas yang dapat dijadikan sasaran PTK adalah sebagai berikut:
a) Siswa, dapat dicermati obyeknya ketika siswa sedang mengikuti proses pembelajaran. Contoh permasalahan tentang siswa yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain perilaku disiplin siswa, motivasi atau semangat belajar siswa, keterampilan berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah, ketepatan siswa untuk hadir disekolah dan sebagainya .
b)  Guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar atau membimbing siswa. Contoh permasalahan tentang guru yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain penggunaan metode atau strategi pembelajaran, penggunaan pendekatan pembelajaran, dan sebagainya.
c)     Materi pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar atau menyajikan materi pelajaran yang ditugaskan pada siswa. Contoh permasalahan tentang materi yang dapat menjadi sasaran PTK misalnya urutan dalam penyajian materi, pengorganisasian materi, integrasi materi, dan lain sebagainya. 
d)   Peralatan atau sarana pendidikan, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar dangan menggunakan peralatan atau sarana pendidikan tertentu. Contoh permasalahan tentang peralatan atau sarana pendidikan yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain pemanfaatan laboratorium, penggunaan media pembelajaran, penggunaan sumber belajar, pelibatan siswa dalam pengaturan/pengelolaan peralatan, dan sebagainya.
e)  Hasil pembelajaran yang ditinjau dari tiga ranah (kognitif, afektif, psikomotorik), merupakan produk yang harus ditingkatkan melalui PTK. Hasil pembelajaran akan terkait dengan tindakan yang dilakukan serta unsur lain dalam proses pembelajaran seperti  metode, media, guru, atau perilaku belajar siswa itu sendiri. Contoh permasalahan tentang hasil belajar antara lain memberi kesempatan pada siswa membuat alat ukur/penilaian sendiri terhadap tugas yang dikerjakan, saling memeriksa tugas yang dibuat teman, dan sebagainya.
f)    Lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang lingkungan siswa di rumah. Dalam PTK, bentuk perlakuan atau tindakan yang dilakukan adalah mengubah   lebih kondusif misalnya melalui penataan ruang kelas, penataan lingkungan sekolah, dan tindakan lainnya.
g) Pengelolaan, merupakan kegiatan dapat diatur/direkayasa dengan bentuk tindakan. Contoh permasalahan tentang pengelolaan yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain pengelompokan siswa, pengaturan jadwal pelajaran, pengaturan tempat duduk siswa, penataan ruang kelas, dan lain sebagainya.

Berdasarkan cakupan permasalannya, seorang guru akan dapat menemukan penyelesaian masalah yang terjadi di kelasnya melalui PTK. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan. Selain itu, PTK dilaksanakan secara bersamaan dangan pelaksanaan tugas utama guru yaitu mengajar di dalam kelas, tidak perlu harus meninggalkan siswa.

Dengan demikian, PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang melekat pada guru, yaitu mengangkat masalah-masalah aktual yang dialami oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK, diharapkan guru memiliki peran ganda yaitu sebagai praktisi dan sekaligus peneliti.
Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan. PTK juga bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesinya. Tujuan khusus PTK adalah untuk mengatasi berbagai persoalan nyata guna memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas. Secara lebih rinci tujuan PTK antara lain:
a)    Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
b) Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas.
c)     Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
d)  Menumbuh-kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan/pembelajaran secara berkelanjutan.

Output atau hasil yang diharapkan melalui PTK adalah peningkatan atau perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang meliputi hal-hal sebagai berikut.
a)    Peningkatan atau perbaikan kinerja siswa di sekolah.
b)    Peningkatan atau perbaikan mutu proses pembelajaran di kelas.
c)     Peningkatan atau perbaikan kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainya.
d) Peningkatan atau perbaikan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.
e)    Peningkatan atau perbaikan masalah-masalah pendidikan anak di sekolah.
f)   Peningkatan dan perbaikan kualitas dalam penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa di sekolah.

Dengan memperhatikan tujuan dan hasil yang dapat dapat dicapai melalui PTK, terdapat sejumlah manfaat PTK antara lain sebagai berikut.
a)  Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan bagi para pendidik (guru) untuk meningkatkan kulitas pembelajaran. Selain itu hasil-hasil PTK yang dilaporkan dapat dijadikan sebagai bahan artikel ilmiah atau makalah untuk berbagai kepentingan antara lain disajikan dalam forum ilmiah dan dimuat di jurnal ilmiah.
b) Menumbuhkembangkan kebiasaan, budaya, dan atau tradisi meneliti dan menulis artikel ilmiah di kalangan pendidik. Hal ini ikut mendukung professionalisme dan karir pendidik.
c)    Mewujudkan kerja sama, kaloborasi, dan atau sinergi antarpendidik dalam satu sekolah atau beberapa sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah dalam pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran.
d) Meningkatkan kemampuan pendidik dalam upaya menjabarkan kurikulum atau program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal, sekolah, dan kelas. Hal ini turut memperkuat relevansi pembelajaran bagi kebutuhan peserta didik.
e) Memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan, kenyamanan, dan kesenangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Di samping itu, hasil belajar siswa pun dapat meningkat.
f)  Mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang, nyaman, menyenangkan, serta melibatkan siswa karena strategi, metode, teknik, dan atau media yang digunakan dalam pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara sungguh-sungguh.
PTK merupakan bentuk penelitian tindakan yang diterapkan dalam aktivitas pembelajaran di kelas. Ciri khusus PTK adalah adanya tindakan nyata yang dilakukan sebagai bagian dari kegiatan penelitian dalam rangka memecahkan masalah. Tindakan tersebut dilakukan pada situasi alami serta ditujukan untuk memecahkan masalah praktis. Tindakan yang diambil merupakan kegiatan yang sengaja dilakukan atas dasar tujuan tertentu. Tindakan dalam PTK dilakukan dalam suatu siklus kegiatan.

Terdapat sejumlah karakteristik yang merupakan keunikan PTK dibandingkan dengan penelitian pada umumnya,  antara lain sebagai berikut.
a)      PTK merupakan kegiatan yang tidak saja berupaya memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiah atas pemecahan masalah tersebut;
b)      PTK merupakan bagian penting upaya pengembangan profesi guru melalui aktivitas berpikir kritis dan sistematis serta membelajarkan guru untuk menulis dan membuat catatan;
c)   Persoalahan yang dipermasalahkan dalam PTK bukan dihasilkan dari kajian teoretik atau dan penelitian terdahulu, tetapi berasal dari adanya permasalahan nyata dan aktual (yang terjadi saat ini) dalam pembelajaran di kelas. PTK berfokus pada pemecahan masalah praktis bukan masalah teoretis;
d)         PTK dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas, dan tajam mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas;
e)       Adanya kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru dan kepala sekolah) dengan peneliti dalam hal pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tentang tindakan (action);
f)            Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi;
g)          Dilaksanakan dalam suatu rangkain langkah yang terdiri dari beberapa siklus;
h)  Yang diteliti ad alah tindakan yang dilakukan, seperti efektifitas metode, teknik atau proses pembelajaran (perencanaan, pelaksanaan dan penilaian);
i)            Tindakan yang dilakukan/diteliti adalah tindakan yang diberikan oleh guru kepada peserta didik;
j)            PTK dilakukan hanya apabila; (a) Ada keputusan kelompok dan komitmen untuk pengembangan; (b) Bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru; (c) Alasan pokok ingin tahu, ingin membantu, ingin meningkatkan; dan (d) Bertujuan memperoleh pengetahuan dan atau sebagai upaya pemecahan masalah.
Kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru) dan peneliti (dosen atau widyaiswara) merupakan salah satu ciri khas PTK. Melalui kolaborasi ini mereka bersama menggali dengan mengkaji permasalahan nyata yang dihadapi oleh guru dan atau siswa. Sebagai penelitian yang bersifat kolaboratif, harus secara jelas diketahui peranan dan tugas guru dengan peneliti. Dalam PTK kolaboratif, kedudukan peneliti setara dengan guru, dalam arti masing-masing mempunyai peran serta tanggung jawab yang saling membutuhkan dan saling melengkapi. Peran kolaborasi turut menentukan keberhasilan PTK terutama pada kegiatan mendiagnosis masalah, merencanakan tindakan, melaksanakan penelitian (tindakan, observasi, merekam data, evaluasi, dan refleksi), menganalisis data, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan hasil.  Penelitian tindakan kelas yang baik adalah apabila dilakukan dalam bentuk  kolaborasi sebagai berikut : “Pihak yang melakukan tindakan adalah guru sendiri, sedangkan yang melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan (Suharsimi, 2006).”

Sering terjadi PTK dilaksanakan sendiri oleh guru. Guru melakukan PTK tanpa kerjasama dengan peneliti. Dalam hal ini guru berperan sebagai peneliti sekaigus sebagai praktisi pembelajaran. Guru profesional seharusnya mampu mengajar sekaligus meneliti. Dalam keadaan seperti ini, maka guru melakukan pengamatan terhadap diri sendiri ketika sedang melakukan tindakan (Suharsimi, 2002). Untuk itu guru harus mampu melakukan pengamatan diri secara obyektif agar kelemahan yang terjadi dapat terlihat dengan wajar, tidak ada yang ditutup-tutupi.

Melalui PTK, guru sebagai peneliti dapat:
a)          Mengkaji/ meneliti sendiri praktik pembelajarannya;
b)          Melakukan PTK dengan tanpa mengganggu tugasnya;
c)           Mengkaji permasalahan yang dialami dan yang sangat dipahami; dan
d)         Melakukan kegiatan guna mengembangkan profesionalismenya.

Dalam praktiknya, boleh saja guru melakukan PTK tanpa kolaborasi dengan peneliti. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa PTK yang dilakukan oleh guru tanpa kolaborasi dengan peneliti mempunyai kelemahan karena para praktisi umumnya (dalam hal ini adalah guru) kurang akrab dengan teknik-teknik dasar penelitian. Di samping itu,  guru pada umumnya tidak memiliki waktu untuk melakukan penelitian sehubungan dengan padatnya kegiatan pengajaran yang dilakukan. Akibatnya, hasil PTK menjadi kurang memenuhi kriteria validitas metodologi ilmiah. Dalam konteks kegiatan pengawasan sekolah, seorang pengawas sekolah dapat berperan sebagai kolaborator bagi guru dalam melaksanakan PTK.
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru (peneliti) dalam pelaksanaan PTK yaitu sebagai berikut.
Pertama, tindakan dan pengamatan dalam proses penelitian yang dilakukan tidak boleh mengganggu atau menghambat kegiatan utama, misalnya bagi guru tidak boleh sampai mengorbankan kegiatan pembelajaran. Pekerjaan utama guru adalah mengajar, apapun jenis PTK diterapkan, seyogyanya tidak mengganggu tugas guru sebagai pengajar. Terdapat 3 hal penting berkenaan dengan prinsip pertama tersebut yaitu (1) Dalam mencobakan sesuatu tindakan pembelajaran, ada kemungkinan hasilnya kurang memuaskan, bahkan mungkin kurang dari yang diperoleh dari biasanya. Karena bagaimanapun tindakan tersebut masih dalam taraf uji coba. Untuk itu, guru harus penuh pertimbangan ketika memilih tindakan guna memberikan yang terbaik kepada siswa; (2) Siklus tindakan dilakukan dengan mempertimbangkan keterlaksanaan kurikulum secara keseluruhan serta ketercapaian tujuan pembelajaran secara utuh, bukan terbatas dari segi tersampaikannya materi pada siswa dalam kurun waktu yang telah ditentukan; (3) Penetapan jumlah siklus tindakan dalam PTK mengacu kepada penguasaan yang ditargetkan pada tahap perencanaan, tidak mengacu kepada kejenuhan data/informasi sebagaimana lazimnya  dalam pengumpulan data penelitian kualitatif.

Kedua, masalah penelitian yang dikaji merupakan masalah nyata di kelas dan kondisinya cukup merisaukan sebagai seorang guru profesional, sehingga menjadi penting untuk segera dicarikan solusinya.

Ketiga, metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang lama, sehingga berpeluang menggangu proses pembelajaran. Sejauh mungkin harus digunakan prosedur pengumpulan data yang dapat ditangani sendiri oleh guru, sementara guru tetap aktif berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh. Oleh karena itu, perlu dikembangkan teknik-teknik perekaman data yang cukup sederhana, namun dapat menghasilkan informasi yang cukup bermakna.

Keempat, metodologi yang digunakan harus jelas, rinci dan terencana secara cermat, sehingga tindakan dapat dirumuskan dalam suatu hipotesis tindakan yang dapat diuji di lapangan. Guru dapat mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk “menjawab” hipotesis yang dikemukakan.

Kelima, permasalahan atau topik yang dipilih mampu ditangani, dan berada dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.

Keenam; peneliti harus tetap memperhatikan etika dan tata krama penelitian serta rambu–rambu pelaksanaan yang berlaku umum. Dalam penyelenggaraan PTK, guru harus bersikap konsisten dan peduli terhadap etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini penting ditekankan karena selain melibatkan para siswa, PTK juga hadir dalam suatu konteks organisasi sehingga penyelenggaraannya harus mengindahkan tata krama kehidupan berorganisasi. Artinya, prakarsa PTK harus diketahui oleh pimpinan lembaga, disosialisasikan pada rekan-rekan di lembaga terkait, dilakukan sesuai tata krama penyusunan karya tulis akademik, di samping tetap mengedepankan kemaslahatan bagi siswa.

Ketujuh; kegiatan PTK pada dasarnya merupakan kegiatan yang berkelanjutan, karena tuntutan terhadap peningkatan dan pengembangan akan menjadi tantangan sepanjang waktu.

Kedelapan, meskipun kelas atau mata pelajaran merupakan tanggung jawab guru, namun tinjauan terhadap PTK tidak terbatas dalam konteks kelas dan atau mata pelajaran tertentu melainkan dalam perspektif misi sekolah. Hal ini terasa penting apabila dalam suatu PTK terlibat lebih dari seorang peneliti, misalnya melalui kolaborasi antar guru dalam satu sekolah atau dengan dosen, widyaiswara, dan pengawas sekolah.

Kesembilan, tidak mengenal populasi dan sampel, tidak mengenal kelompok eksperimen dan kontrol, dan tidak untuk digeneralisasikan.




Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Siklus Tindakan PTK
PTK bukan hanya bertujuan mengungkapkan penyebab dari berbagai permasalahan pembelajaran yang dihadapi seperti kesulitan siswa dalam mempelajari pokok-pokok bahasan tertentu, tetapi yang lebih penting lagi adalah memberikan pemecahan masalah berupa tindakan tertentu untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Atas dasar itu, terdapat tiga hal penting dalam pelaksanaan PTK yakni sebagai berikut.
a)    PTK adalah penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru dan siswa dalam berbagai tindakan.
b)    Kegiatan refleksi (perenungan, pemikiran, evaluasi) dilakukan berdasar- kan pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori) yang mantap dan valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan masalah yang terjadi.
c)     Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat dilakukan dalam praktik pembelajaran).

Berikut ini akan diuraikan prosedur pelaksanaan PTK yang oleh Kurt Lewin danbeberapa ahli lainnya, menetapkan ada 4 (empat) komponen pokok yang juga sekaligus menunjukan tahapan/langkah,yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Ke empat tahapan ini dilakukan secara berdaur membentuk suatu siklus. Karena keempat langkah tersebut merupakan satu siklus atau putaran, artinya sesudah langkah ke-4, lalu kembali kelangkah ke-1 dan seterusnya.

Namun perlu diketahui bahwa tahapan pelaksanaan dan pengamatan sesungguhnya dilakukan secara bersamaan bilamana pelaksana dan pengamat dilakukan oleh orang yang berbeda. Jika pelaksana juga sebagai pengamat, mungkin pengamatan dilakukan sesudah pelaksanaan, dengan cara mengingat kembali apa yang sudah terjadi.

Secara teknis langkah-langkah pokok siklus PTK tersebut sebagai berikut :
a)    Penetapan fokus permasalahan
b)    Perencanaan tindakan
c)     Pelaksanaan tindakan
d)   Pengamatan proses/hasil tindakan (pengumpulan data/observasi)
e)    Refleksi (analisis, dan interpretasi)

Setelah permasalahan ditetapkan, pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus pertama yang terdiri atas empat kegiatan. Apabila sudah diketahui keberhasilan atau hambatan dalam tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama, peneliti kemudian mengidentifikasi ternyata masih ada kelemahan atau hambatan maka dilanjutkan untuk menentukan rancangan siklus berikutnya. Kegiatan pada siklus kedua sesungguhnya dapat berupa kegiatan yang sama dengan sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi keberhasilan, untuk meyakinkan, atau untuk menguatkan hasil. Tetapi pada umumnya kegiatan yang dilakukan dalam siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan sebelumnya yang ditunjukan untuk mengatasi berbagai hambatan/ kesulitan yang ditemukan dalam siklus sebelumnya.

Dengan menyusun rancangan untuk siklus kedua, peneliti dapat melanjutkan dengan tahap kegiatan-kegiatan seperti yang terjadi dalam siklus pertama. Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan peneliti belum merasa puas, dapat dilanjutkan pada siklus ketiga, yang tahapannya sama dengan siklus terdahulu. Tidak ada ketentuan tentang berapa siklus harus dilakukan. Banyaknya siklus tergantung dari kepuasan peneliti sendiri, namun ada saran, sebaiknya tidak kurang dari dua siklus.


Rincian Kegiatan Siklus Tindakan
a)  Penetapan Fokus Permasalahan

Sebelum suatu masalah ditetapkan/dirumuskan, perlu ditumbuhkan sikap dan keberanian untuk mempertanyakan, misalnya tentang kualitas proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan dan dicapai selama ini. Sikap tersebut diperlukan untuk menumbuhkan keinginan peneliti memperbaiki kualitas pembelajaran. Tahapan ini disebut dengan tahapan merasakan adanya masalah. Jika dirasakan ada hal-hal yang perlu diperbaiki dapat diajukan pertanyaan seperti di bawah ini.
(1)    Apakah kompetensi awal siswa yang mengikuti pelajaran cukup memadai?
(2)    Apakah proses pembelajaran yang dilakukan cukup efektif?
(3)    Apakah sarana pembelajaran cukup memadai?
(4)    Apakah hasil pembelajaran cukup berkualitas?
(5)    Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan strategi inovatif tertentu?

Pada tahap selanjutnya dilakukan identifikasi masalah yang sangat menarik perhatian. Aspek penting pada tahap ini adalah menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai permasalahan aktual yang dialami dalam pembelajaran. Tahap ini disebut identifikasi permasalahan. Cara melakukan identifikasi masalah antara lain sebagai berikut:
(1) Menuliskan semua hal (permasalahan) yang perlu diperhatikan karena akan mempunyai dampak yang tidak diharapkan terutama yang berkaitan dengan pembelajaran.
(2) Memilah dan mengklasisfikasikan permasalahan menurut jenis/ bidangnya, jumlah siswa yang mengalaminya, serta tingkat frekuensi timbulnya masalah tersebut.
(3) Mengurutkan dari yang ringan, jarang terjadi, banyaknya siswa yang mengalami untuk setiap permasalahan yang teridentifikasi.
(4) Dari urutan masalah tersebut diambil beberapa masalah yang dianggap paling penting untuk dipecahkan sehingga layak diangkat menjadi masalah PTK. Kemudian dikaji kelayakannya dan manfaatnya untuk kepentingan praktis, metodologis maupun teoretis.

Secara umum karaktersitik suatu masalah yang layak diangkat untuk PTK adalah sebagai berikut.
(1) Masalah itu menunjukkan suatu kesenjangan antara teori dan fakta empirik yang dirasakan dalam proses pembelajaran. Apabila hal ini terjadi, guru merasa prihatin atas terjadinya kesenjangan, timbul kepedulian dan niat untuk mengurangi tersebut dan berkolaborasi dengan dosen/widyaiswara/pengawas untuk melaksanakan PTK.
(2) Masalah tersebut memungkinkan untuk dicari dan diidentifikasi faktor-faktor penyebabnya. Faktor-faktor tersebut menjadi dasar atau landasan untuk menentukan alternatif solusi.
(3) Adanya kemungkinan untuk dicarikan alternatif solusi bagi masalah tersebut melalui tindakan nyata yang dapat dilakukan guru/peneliti.
(4) Masalah yang dipilih untuk diangkat sebagai masalah PTK adalah yang memiliki nilai yang bukan sesaat, tetapi memiliki nilai strategis bagi keberhasilan pembelajaran lebih lanjut dan memungkinkan diperolehnya model tindakan efektif yang dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah serumpun.
(5) Ketersedian waktu yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
(6) Ketersedian buku/referensi sebagai sumber acuan dalam pemecahan masalah / pemberian tindakan.
Pada tahap selanjutnya, masalah-masalah yang telah diidentifikasi dan ditetapkan dirumuskan secara jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan masalah yang jelas memungkinkan peluang untuk pemilihan tindakan yang tepat.

Contoh rumusan masalah yang mengandung tindakan alternatif yang ditempuh antara lain sebagai berikut.
(1) Apakah strategi pembelajaran menulis yang berorientasi pada proses dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis?
(2) Apakah pembelajaran berorientasi proses dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran?
(3) Apakah penyampaian materi dengan menggunakan LKS dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran?
(4) Apakah penggunaan model/strategi pembelajaran discovery dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran IPS?   

Dalam memformulasikan masalah, peneliti perlu memperhatikan beberapa ketentuan yang biasa berlaku meliputi hal-hal di bawah ini.
(1) Aspek substansi menyangkut isi yang terkandung, perlu dilihat dari bobot atau nilai kegunaan manfaat pemecahan masalah melalui tindakan seperti nilai aplikatifnya untuk memecahkan masalah serupa yang dihadapi guru, kegunaan metodologi dan kegunaan teori dalam memperkaya keilmuan pendidikan/pembelajaran.
(2) Aspek orisinalitas (tindakan), yang menunjukan bahwa pemecahan dengan model tindakan itu merupakan suatu hal baru yang yang belum pernah dilakukan guru sebelumnya.
(3) Aspek formulasi, dalam hal ini masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Rumusan masalah harus dinyatakan secara lugas dalam arti eksplisit dan spesifik tentang apa yang akan dipermasalahkan serta tindakan yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.
(4) Aspek teknis, menyangkut kemampuan dan kelayakan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap masalah yang dipilih. Pertimbangan yang dapat diajukan seperti kemampuan teoretik dan metodologik pembelajaran, penguasaan materi ajar, teori, strategi dan metodologi pembelajaran, kemampuan fasilitas untuk melakukan PTK (dana, waktu, dan tenaga). Oleh karena itu, disarankan bagi peneliti untuk berangkat dari permasalahan sederhana tetapi bermakna, memiliki nilai praktis bagi guru dan semua yang berkolaborasi dapat memperoleh pengalaman belajar dalam rangka pengembangan keprofesionalannya.
b) Perencanaan Tindakan
Dalam tahap ini peneliti merencanakan atau menjelaskan tentang apa, kapan, di mana oleh siapa dan bagaimana tindakan dilakukan. Untuk itu setelah masalah dirumuskan secara operasional, perlu dirumuskan juga alternatif tindakan yang akan diambil. Alternatif tindakan yang dapat diambil dapat dirumuskan ke dalam bentuk hipotesis tindakan, yaitu berupa dalam arti dugaan mengenai perubahan yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Perencanaan tindakan memanfaatkan secara optimal teori-teori yang relevan dan pengalaman yang diperoleh di masa lalu dalam kegiatan pembelajaran/penelitian sebidang. Bentuk umum rumusan hipotesis tindakan berbeda dengan hipotesis dalam penelitian formal.

Hipotesis tindakan umumnya dirumuskan dalam bentuk keyakinan tindakan yang diambil akan dapat memperbaiki sistem, proses, atau hasil. Hipotesis tindakan sesuai dengan permasalahan yang akan dipecahkan dapat dicontohkan seperti di bawah ini.
(1) Strategi pembelajaran menulis yang berorientasi pada proses dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis.
(2) Pembelajaran berorientasi proses dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
(3) Penyampaian materi dengan menggunakan LKS dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
(4) Penggunaan strategi pembelajaran discovery dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran IPS.   

Secara rinci, tahapan perencanaan tindakan terdiri atas kegiatan- kegiatan sebagai berikut.
(1) Merumuskan hipotesis tindakan. Umumnya dimulai dengan menetapkan berbagai alternatif tindakan pemecahan masalah, kemudian dipilih tindakan yang paling menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat dilakukan guru.
(2) Menjabarkan langkah-langkah kegiatan pelaksanaan tindakan yang akan diambil secara lebih teknis/rinci.
(3) Menyusun indikator-indikator keberhasilan tindakan.
(4) Menyusun instrumen pengumpul data yang dapat dipakai untuk mengumpulkan data guna menganalisis ketercapaian indikator keberhasilan.
(5) Membuat bahan-bahan/materi yang diperlukan sesuai tuntutan kebutuhan langkah-langkah teknis tindakan yang akan dilaksanakan, misal  antara lain mencakup; (a) Merancang pokok materi pembelajaran; (b) menyusun bahan belajar (lembar informasi); (cMenyiapkan lembaran-lembaran kerja; (d) Merancang strategi dan skenario pembelajaran sesuai dengan tindakan yang dipilih.
(6) Mengidentifikasi poin/titik atau fokus perhatian yang perlu di lakukan pada saat pelaksanaan, pengamatan dan reflkeksi tindakan.
(7) Merencanakan fasilitas yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.

Semua aspek/kegiatan yang direncanakan akan dilakukan pada setiap siklus bisa dituangkan dalam suatu daftar Pokok-Pokok Rencana Tindakan,  seperti berikut ini:
Pokok-Pokok Rencana Kegiatan Tindakan
Masalah yang dipilih
.....................................................
........................................................
Alternatif Tindakan Pemecahan Masalah
.....................................................
........................................................
Rumusan masalah
.....................................................
........................................................
Hipotesis Tindakan
.....................................................
..........................................................
................................
.........................................................
..........................................................
Siklus
Tahapan
Kegiatan
Siklus ....
Perencanaan
.................................................
....................................................
....................................................
Pelaksanaan
.................................................
....................................................
....................................................
Pengamatan
.................................................
....................................................
....................................................
Refleksi
.................................................
....................................................
....................................................
Fasilitas yang diperlukan


c)  Pelaksanaan Tindakan    

Pada tahapan ini, rancangan strategi dan skenario pembelajaran yang sudah direncanakan diterapkan di kelas. Skenario tindakan harus dilaksanakan secara taat azas dan dilaksanakan secara wajar. Bisa saja modifikasi tetap diperbolehkan, selama tidak mengubah prinsip pokok yang telah direncanakan. Pada PTK yang dilakukan guru, pelaksanaan  tindakan umumnya dilakukan dalam waktu antara 2 sampai 3 bulan.Waktu tersebut dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan sajian beberapa pokok bahasan dan mata pelajaran tertentu.

Berikut ini disajikan contoh rincian langkah-langkah kegiatan dari pelaksanaan tindakan yang telah dibuat seperti yang dimaksudkan pada poin (2) pada tahap Perencanaan Tindakan, yang akan dilakukan pada suatu PTK, yaitu :
Rumusan Masalah : Apakah metode pemberian tugas dan diskusi dalam pembelajaran X dapat meningkatkan motivasi (kemauan) siswa untuk belajar secara mandiri ?
Hipotesis tindakan : Penggunaan metoda pemberian tugas dan diskusi dapat meningkatkan motivasi/kemauan siswa untuk belajar secara mandiri.
(1) Bentuk tindakan: Penerapan metode tugas dan diskusi dalam pembelajaran X untuk pokok bahasan : A, B, C, dan D.
(2) Format pelaksanaan tindakan :
(a)    Pembagian kelompok dan pokok bahasan :
·      Pembagian kelompok sesuai jumlah pokok bahasan;
·      Pemilihan ketua, sekretaris, dll oleh dan dari anggota kelompok;
·      Penentuan pembagian topik pokok bahasan untuk kelompok dengan cara random, dan dengan cara yang menyenangkan.
(b)   Kegiatan kelompok:
·      Masing-masing kelompok mengumpulkan bahan bacaan;
·      Melalui diskusi anggota kelompok bekerja/ belajar memahami materi;
·      Menuliskan hasil diskusi dalam OHP untuk persiapan presentasi.
(c)   Presentasi dan diskusi pleno:
·    Setiap kelompok mensepakati penyaji;
·    Masing-masing kelompok menyajikan hasil kerjanya dalam pleno kelas;
·    Guru sebagai moderator
·    Masing-masing anggota kelompok diberi kesempatan yang sama untuk bertanya dan menjawab saat diskusi pleno;
·  Masing-masing kelompok melakukan diskusi, dan mengambil kesimpulan sebagai hasil pembelajaran.
(3) Jenis data yang dikumpulkan: berupa makalah kelompok, lembar OHP hasil kerja kelompok, siswa yang aktif dalam diskusi, serta hasil belajar yang dilaksanakan sebelum (pretes) dan setelah (postes) tindakan dilaksanakan.

Pada tahap Pelaksanaan tindakan ini, rencana teknis di atas  dilakukan secara taat azas, namun bisa saja dilakukan modifikasi sepanjang tidak merubah prinsip pokok tindakannya. 
d) Pengamatan/Observasi dan Pengumpulan Data

Tahapan ini sebenarnya berjalan secara bersamaan pada saat pelaksa- naan tindakan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahapan ini, peneliti (atau guru apabila ia bertindak sebagai peneliti) melakukan pengamatan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi/penilaian atau instrumen yang telah disusunpada saat perencanaan tindakan. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, hasil kuis, presensi, nilai tugas, dan lain-lain), tetapi juga data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, atusias siswa, mutu diskusi yang dilakukan, dan lain-lain.

Instrumen yang umum dipakai adalah (a) soal tes, kuis; (b) lembar observasi; dan (c) catatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara obyektif yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas siswa selama pemberian tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau pentunjuk-petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan refleksi.

Sebagai contoh pada satu usulan PTK akan dikumpulkan data seperti: (a) skor tes essai; (b) skor kualitas (kualitatif) pelaksanaan diskusi dan jumlah pertanyaan dan jawaban yang terjadi selama proses pembelajaran; serta (c) hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan kegiatan siswa. Berdasarkan data-data yang akan dikumpulkan seperti di atas, maka akan dipakai instrumen; (a) soal tes yang berbentuk essai; (b) pedoman dan kriteria penilaian/skoring baik dari tes essai maupun untuk pertanyaan dari jawaban lisan selama diskusi; (c) lembar observasi guna memperoleh data aktivitas diskusi yang diskor dengan rubrik; dan (d) catatan lapangan.

Data yang dikumpulkan hendaknya dicek untuk mengetahui keabsahannya. Berbagai teknik dapat dilakukan untuk tujuan ini,  misalnya teknik triangulasi dengan cara membandingkan data yang diperoleh dengan data lain, atau kriteria tertentu yang telah baku, dan lain sebagainya. Data yang telah terkumpul memerlukan analisis lebih lanjut untuk mempermudah penggunaan maupun dalam penarikan kesimpulan. Untuk itu berbagai teknik analisis statistika dapat digunakan.
e)  Refleksi

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasar data yang telah terkumpul pada saat pengamatan berlangsung. Disamping itu, pada tahap refleksi ini sangat penting juga bila guru pelaku tindakan mengatakan kepada pengamat tentang hal-hal yang dirasakan sudah berjalan baik dan bagian mana yang belum. Selanjutnya pada refleksi ini perlu juga meminta masukan dari siswa tentang apa yang mereka alami dan usulan-usulan penyempurnaannya.
  
Berdasarkan data-data yang diperoleh selanjutnya guru  bersama peneliti melakukan analisis, sintesis, dan penilaian (evaluasi) terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah atau kekurangan, maka dilakukan proses tindakan ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan yang dihadapi dapat teratasi.

Menurut Kemmis (1988), penelitian tindakan adalah suatu bentuk peneli- tian refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktik yang dilakukan sendiri. Dengan demikian, akan diperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai praktik dan situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan. Terdapat dua hal pokok dalam penelitian tindakan yaitu perbaikan dan keterlibatan. Hal ini akan mengarahkan tujuan penelitian tindakan ke dalam tiga area yaitu; (1) untuk memperbaiki praktik; (2) untuk pengembangan profesional dalam arti meningkatkan pemahaman para praktisi terhadap praktik yang dilaksana- kannya; serta (3) untuk memperbaiki keadaan atau situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan.

Dalam bidang pendidikan, khususnya dalam praktik pembelajaran, pene-litian tindakan berkembang menjadi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Reserach (CAR). Agar penelitian dapat dilaksanakan dengan baik, minimal ada dua materi penting yang perlu dipahami terlebih dahulu.  Dua materi tersebut adalah  konsep dasar PTK, dan prosedur pelaksanaan PTK.      


SEMOGA ARTIKEL INI BERMANFAAT, JIKA DIRASA BERMANFAAT SILAHKAN DI LIKE DAN DI BAGIKAN. 
TERI MAKASIH.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar