Pada awalnya, penelitian tindakan (action research) dikembangkan
dengan tujuan untuk mencari penyelesaian terhadap problema sosial (termasuk
pendidikan). Penelitian tindakan diawali dengan suatu kajian terhadap suatu
masalah secara sistematis (Kemmis dan Taggart, 1988). Hasil kajian ini dija-
dikan dasar untuk menyusun suatu rencana kerja (tindakan) sebagai upaya untuk
mengatasi masalah tersebut. Kegiatan berikutnya adalah pelaksanaan tindakan
dilanjutkan dengan observasi dan evaluasi. Hasil observasi dan eva- luasi
digunakan sebagai masukkan melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada saat
pelaksanaan tindakan. Hasil refleksi kemudian dijadikan landasan untuk
menentukan perbaikan serta penyempurnaan tindakan selanjutnya.
Mengacu pada tujuan dari diklat ini, maka
indikator ketercapaian dari pembelajaran materi KB 1 atau Konsep Dasar dan
Prosedur Pelaksanaan PTK ini adalah peserta diharapkan dapat:
Ø Menjelaskan pengertian dari penelitian tindakan kelas.
Ø Menjelaskan
tujuan dan manfaat penelitian tindakan kelas.
Ø Menjelaskan
karakteristik penelitian tindakan kelas.
Ø Menjelaskan
prinsip dasar penelitian tindakan kelas.
Ø Menggambarkan
tahapan tindakan dalam siklus penelitian tindakan kelas.
Ø Mengelaborasi pemahaman dari setiap tahapan dalam siklus
penelitian tindakan kelas.
PTK adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan di dalam kelas
ketika pembelajaran berlangsung. PTK dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki
atau meningkatkan kualitas pembelajaran. PTK berfokus pada kelas atau pada
proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Dengan kata lain PTK adalah
suatu kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan belajar yang
diberikan tindakan, yang secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas, dengan
tujuan memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut.
Tindakan yang secara sengaja dilakukan tersebut diberikan oleh guru atau
berdasarkan arahan guru yang kemudian dilakukan oleh siswa.
Suharsimi (2002) menjelaskan PTK melalui gabungan
definisi dari tiga kata yaitu “Penelitian” + “Tindakan“ + “Kelas”. Makna setiap kata tersebut adalah sebagai berikut.
Penelitian; kegiatan mencermati suatu obyek dengan
menggunakan cara dan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi
yang bermanfaat dalam memecahkan suatu masalah dan meningkatkan mutu suatu hal yang
menarik minat dan penting bagi peneliti.
Tindakan; suatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Tindakan
yang dilaksanakan dalam penelitian ini berbentuk suatu rangkaian siklus
kegiatan.
Kelas; sekelompok siswa yang dalam waktu yang
sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Siswa yang belajar
tidak hanya terbatas dalam sebuah ruangan kelas saja, melainkan dapat juga
ketika siswa sedang melakukan karyawisata, praktikum di laboratorium, atau
belajar tempat lain di bawah arahan guru.
Dengan demikian dapat juga diartikan bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang
sengaja dimunculkandan terjadi dalam sebuah kelas. Penelitian ini muncul karena
ada kesadaran pelaku kegiatan yang merasa tidak puas terhadap hasil kerjanya.
Berdasarkan kesadaransendiri tersebut, pelaku yang bersangkutan mencoba
menyempurnakan pekerjaannya, dengan cara melakukan percobaan yang dilakukan
berulang-ulang, prosesnya diamati secara sungguh-sungguh sampai mendapatkan
proses yang dirasakan memberikan hasil yang lebih baik dari semula.
Penelitian tindakan kelas ini sebetulnya tidak
sulit, karena guru tinggal melakukan dengan sengaja dan diamati hasilnya secara
seksama. Kadang memang terasa sulit, karena hambatannya muncul pada bagaimana
mencari judul ketika akan memulai kegiatannya. Pada hal sesungguhnya
permasalahan guru itu sebanarnya begitu banyak. Jika guru menyadari ada
kelemahan hasil dari pekerjaannya, maka sesungguhnya itulah hal yang tepat dijadikan
judul penelitian.
Berikut ini ada contoh sederhana dari penelitian
tindakan kelas:
“Seorang guru mengamati bahwa siswanya dalam
membuat catatan pembelajaran kurang serius dan hasilnya kurang
baik. Dimana catatan tersebut tidak rapi, tidak lengkap, dan banyak
yang salah. Guru tersebut berpikir bagaimana cara menngatasi hal tersebut. Pada saat guru tersebut mulai
berpikir untuk mengatasi masalah, sesungguhnya guru yang bersangkutan sudah
memiliki keinginan untuk melakukan penelitian tindakan kelas. Salah satu solusi yang dia pikirkan
adalah mengumpulkan catatan siswa pada priode tertentu, kemudian catatan
tersebut diperiksa, diberi tanda-tanda koreksi dan kemudian dikembalikan. Mengoreksi catatan adalah langkah
awal atau bagian dari bentuk tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini. Ketika buku catatan dikembalikan, guru
memperhatikan reaksi siswa pemilik catatan, ditanya apa sebab catatan mereka
tidak baik, kemudian diberi petunjuk bagaimana membuat catatan yang baik.
Selanjutnya diamati apakah dihari-hari berikutnya ada perubahan terhadap
catatannya. Dari hasil amatan ini guru membuat kesimpulan, bahwa bila guru
memeriksa dan memberikan umpan balik kepada siswa, dan siswa dengan senang hati
memperbaiki berdasarkan saran-saran yang diberikan, catatan siswa akan menjadi
rapi, lengkap, dan benar.”
Peristiwa yang diceritakan di atas sudah merupakan
salah satu contoh cuplikan penelitian tindakan kelas. Dikatakan cuplikan karena
prosesnya belum selesai, tetapi sudah menunjukan betapa sederhananya tindakan
yang diambil. Ini menggambarkan bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak
sukar. Siapa saja yang mempunyai ide untuk memecahkan masalah, pasti dapat
melakukannya. Untuk melakukannya perlu ada niat, dan siap melakukannya dengan
serius.
Berdasarkan pengertian di atas dan prinsip
penelitian bahwa harus ada masalah dan tindakan yang dirancang sebelumnya, maka
komponen yang terdapat dalam sebuah kelas yang dapat dijadikan sasaran PTK
adalah sebagai berikut:
a) Siswa, dapat
dicermati obyeknya ketika siswa sedang mengikuti proses pembelajaran. Contoh
permasalahan tentang siswa yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain perilaku
disiplin siswa, motivasi atau semangat belajar siswa, keterampilan berpikir
kritis, kemampuan memecahkan masalah, ketepatan siswa untuk hadir disekolah dan
sebagainya .
b) Guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan
sedang mengajar atau membimbing siswa. Contoh permasalahan tentang guru yang
dapat menjadi sasaran PTK antara lain penggunaan metode atau strategi
pembelajaran, penggunaan pendekatan pembelajaran, dan sebagainya.
c) Materi pelajaran, dapat dicermati ketika
guru sedang mengajar atau menyajikan materi pelajaran yang ditugaskan pada
siswa. Contoh permasalahan tentang materi yang dapat menjadi sasaran PTK
misalnya urutan dalam penyajian materi, pengorganisasian materi, integrasi
materi, dan lain sebagainya.
d) Peralatan atau sarana pendidikan, dapat
dicermati ketika guru sedang mengajar dangan menggunakan peralatan atau sarana
pendidikan tertentu. Contoh permasalahan tentang peralatan atau
sarana pendidikan yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain pemanfaatan
laboratorium, penggunaan media pembelajaran, penggunaan sumber belajar,
pelibatan siswa dalam pengaturan/pengelolaan peralatan, dan sebagainya.
e) Hasil pembelajaran
yang ditinjau dari tiga ranah (kognitif, afektif, psikomotorik), merupakan
produk yang harus ditingkatkan melalui PTK. Hasil pembelajaran akan terkait
dengan tindakan yang dilakukan serta unsur lain dalam proses pembelajaran
seperti metode, media, guru, atau perilaku belajar siswa itu sendiri.
Contoh permasalahan tentang hasil belajar antara lain memberi kesempatan pada
siswa membuat alat ukur/penilaian sendiri terhadap tugas yang dikerjakan,
saling memeriksa tugas yang dibuat teman, dan sebagainya.
f) Lingkungan, baik lingkungan siswa di
kelas, sekolah, maupun yang lingkungan siswa di rumah. Dalam PTK, bentuk
perlakuan atau tindakan yang dilakukan adalah mengubah lebih
kondusif misalnya melalui penataan ruang kelas, penataan lingkungan sekolah, dan
tindakan lainnya.
g) Pengelolaan,
merupakan kegiatan dapat diatur/direkayasa dengan bentuk tindakan. Contoh
permasalahan tentang pengelolaan yang dapat menjadi sasaran PTK antara lain
pengelompokan siswa, pengaturan jadwal pelajaran, pengaturan tempat duduk
siswa, penataan ruang kelas, dan lain sebagainya.
Berdasarkan cakupan permasalannya, seorang guru
akan dapat menemukan penyelesaian masalah yang terjadi di kelasnya melalui PTK.
Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik
pembelajaran yang relevan. Selain itu, PTK dilaksanakan secara bersamaan dangan
pelaksanaan tugas utama guru yaitu mengajar di dalam kelas, tidak perlu harus
meninggalkan siswa.
Dengan demikian, PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang melekat
pada guru, yaitu mengangkat masalah-masalah aktual yang dialami oleh guru di
lapangan. Dengan melaksanakan PTK, diharapkan guru memiliki peran ganda
yaitu sebagai praktisi dan sekaligus peneliti.
Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan
permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas sekaligus mencari jawaban ilmiah
mengapa hal tersebut dapat dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan.
PTK juga bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan
profesinya. Tujuan khusus PTK adalah untuk mengatasi berbagai persoalan nyata
guna memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas. Secara lebih rinci tujuan PTK antara lain:
a) Meningkatkan mutu isi, masukan, proses,
dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
b) Membantu guru dan
tenaga kependidikan lainnya dalam mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan
di dalam dan luar kelas.
c) Meningkatkan sikap profesional pendidik
dan tenaga kependidikan.
d) Menumbuh-kembangkan
budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam
melakukan perbaikan mutu pendidikan/pembelajaran secara berkelanjutan.
Output atau hasil yang diharapkan melalui PTK adalah
peningkatan atau perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang meliputi
hal-hal sebagai berikut.
a) Peningkatan atau perbaikan kinerja siswa
di sekolah.
b) Peningkatan atau perbaikan mutu proses
pembelajaran di kelas.
c) Peningkatan atau perbaikan kualitas
penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainya.
d) Peningkatan atau
perbaikan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur
proses dan hasil belajar siswa.
e) Peningkatan atau perbaikan masalah-masalah
pendidikan anak di sekolah.
f) Peningkatan
dan perbaikan kualitas dalam penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi
siswa di sekolah.
Dengan memperhatikan tujuan dan hasil yang dapat
dapat dicapai melalui PTK, terdapat sejumlah manfaat PTK antara lain sebagai berikut.
a) Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat
dijadikan bahan panduan bagi para pendidik (guru) untuk meningkatkan kulitas
pembelajaran. Selain itu hasil-hasil PTK yang dilaporkan dapat dijadikan
sebagai bahan artikel ilmiah atau makalah untuk berbagai kepentingan antara
lain disajikan dalam forum ilmiah dan dimuat di jurnal ilmiah.
b) Menumbuhkembangkan
kebiasaan, budaya, dan atau tradisi meneliti dan menulis artikel ilmiah di
kalangan pendidik. Hal ini ikut mendukung professionalisme
dan karir pendidik.
c) Mewujudkan
kerja sama, kaloborasi, dan atau sinergi antarpendidik dalam satu sekolah atau
beberapa sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah dalam pembelajaran dan
meningkatkan mutu pembelajaran.
d) Meningkatkan
kemampuan pendidik dalam upaya menjabarkan kurikulum atau program pembelajaran
sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal, sekolah, dan kelas. Hal ini turut
memperkuat relevansi pembelajaran bagi kebutuhan peserta didik.
e) Memupuk dan
meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan, kenyamanan, dan kesenangan
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Di samping itu, hasil
belajar siswa pun dapat meningkat.
f) Mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang
menarik, menantang, nyaman, menyenangkan, serta melibatkan siswa karena
strategi, metode, teknik, dan atau media yang digunakan dalam pembelajaran
demikian bervariasi dan dipilih secara sungguh-sungguh.
PTK merupakan bentuk penelitian tindakan yang
diterapkan dalam aktivitas pembelajaran di kelas. Ciri khusus PTK adalah adanya
tindakan nyata yang dilakukan sebagai bagian dari kegiatan penelitian dalam
rangka memecahkan masalah. Tindakan tersebut dilakukan pada situasi alami serta
ditujukan untuk memecahkan masalah praktis. Tindakan yang diambil merupakan
kegiatan yang sengaja dilakukan atas dasar tujuan tertentu. Tindakan dalam PTK
dilakukan dalam suatu siklus kegiatan.
Terdapat sejumlah karakteristik
yang merupakan keunikan PTK dibandingkan dengan penelitian pada umumnya,
antara lain sebagai berikut.
a) PTK merupakan kegiatan yang tidak saja
berupaya memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiah atas
pemecahan masalah tersebut;
b) PTK merupakan bagian penting upaya
pengembangan profesi guru melalui aktivitas berpikir kritis dan sistematis
serta membelajarkan guru untuk menulis dan membuat catatan;
c) Persoalahan
yang dipermasalahkan dalam PTK bukan dihasilkan dari kajian teoretik atau dan
penelitian terdahulu, tetapi berasal dari adanya permasalahan nyata dan aktual
(yang terjadi saat ini) dalam pembelajaran di kelas. PTK berfokus pada
pemecahan masalah praktis bukan masalah teoretis;
d) PTK dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas, dan tajam
mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas;
e) Adanya kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru dan kepala sekolah)
dengan peneliti dalam hal pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan,
pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tentang tindakan (action);
f) Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi;
g) Dilaksanakan dalam suatu rangkain langkah yang terdiri dari beberapa
siklus;
h) Yang diteliti ad alah tindakan yang dilakukan,
seperti efektifitas metode, teknik atau proses pembelajaran (perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian);
i) Tindakan yang dilakukan/diteliti adalah tindakan yang diberikan oleh guru
kepada peserta didik;
j) PTK dilakukan hanya apabila; (a) Ada keputusan kelompok dan komitmen untuk
pengembangan; (b) Bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru; (c) Alasan
pokok ingin tahu, ingin membantu, ingin meningkatkan; dan (d) Bertujuan
memperoleh pengetahuan dan atau sebagai upaya pemecahan masalah.
Kolaborasi (kerjasama)
antara praktisi (guru) dan peneliti (dosen atau widyaiswara) merupakan
salah satu ciri khas PTK. Melalui
kolaborasi ini mereka bersama menggali dengan mengkaji permasalahan nyata yang
dihadapi oleh guru dan atau siswa. Sebagai penelitian yang bersifat
kolaboratif, harus secara jelas diketahui peranan dan tugas guru dengan
peneliti. Dalam PTK kolaboratif, kedudukan peneliti setara dengan guru, dalam
arti masing-masing mempunyai peran serta tanggung jawab yang saling membutuhkan
dan saling melengkapi. Peran kolaborasi turut menentukan keberhasilan PTK
terutama pada kegiatan mendiagnosis masalah, merencanakan tindakan,
melaksanakan penelitian (tindakan, observasi, merekam data, evaluasi, dan
refleksi), menganalisis data, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan
hasil. Penelitian tindakan kelas yang baik adalah apabila dilakukan dalam
bentuk kolaborasi sebagai berikut : “Pihak yang melakukan tindakan adalah guru sendiri,
sedangkan yang melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan
adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan (Suharsimi, 2006).”
Sering terjadi PTK dilaksanakan sendiri oleh guru.
Guru melakukan PTK tanpa kerjasama dengan peneliti. Dalam hal ini guru berperan
sebagai peneliti sekaigus sebagai praktisi pembelajaran. Guru profesional
seharusnya mampu mengajar sekaligus meneliti. Dalam keadaan seperti ini, maka
guru melakukan pengamatan terhadap diri sendiri ketika sedang melakukan
tindakan (Suharsimi, 2002). Untuk itu guru harus mampu melakukan pengamatan
diri secara obyektif agar kelemahan yang terjadi dapat terlihat dengan wajar,
tidak ada yang ditutup-tutupi.
Melalui PTK, guru sebagai peneliti dapat:
a) Mengkaji/ meneliti sendiri praktik pembelajarannya;
b) Melakukan PTK dengan tanpa mengganggu tugasnya;
c) Mengkaji permasalahan yang dialami dan yang sangat dipahami; dan
d) Melakukan kegiatan guna mengembangkan profesionalismenya.
Dalam praktiknya, boleh saja guru melakukan PTK
tanpa kolaborasi dengan peneliti. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa PTK
yang dilakukan oleh guru tanpa kolaborasi dengan peneliti mempunyai kelemahan
karena para praktisi umumnya (dalam hal ini adalah guru) kurang akrab dengan
teknik-teknik dasar penelitian. Di samping itu, guru pada umumnya tidak
memiliki waktu untuk melakukan penelitian sehubungan dengan padatnya kegiatan
pengajaran yang dilakukan. Akibatnya, hasil PTK menjadi kurang memenuhi
kriteria validitas metodologi ilmiah. Dalam konteks kegiatan pengawasan
sekolah, seorang pengawas sekolah dapat berperan sebagai kolaborator bagi guru
dalam melaksanakan PTK.
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan
oleh guru (peneliti) dalam pelaksanaan PTK yaitu sebagai berikut.
Pertama, tindakan dan pengamatan dalam proses
penelitian yang dilakukan tidak boleh mengganggu atau menghambat kegiatan
utama, misalnya bagi guru tidak boleh sampai mengorbankan kegiatan
pembelajaran. Pekerjaan utama guru adalah mengajar, apapun jenis PTK
diterapkan, seyogyanya tidak mengganggu tugas guru sebagai pengajar. Terdapat 3
hal penting berkenaan dengan prinsip pertama tersebut yaitu (1) Dalam
mencobakan sesuatu tindakan pembelajaran, ada kemungkinan hasilnya kurang
memuaskan, bahkan mungkin kurang dari yang diperoleh dari biasanya. Karena
bagaimanapun tindakan tersebut masih dalam taraf uji coba. Untuk itu, guru
harus penuh pertimbangan ketika memilih tindakan guna memberikan yang terbaik
kepada siswa; (2) Siklus tindakan dilakukan dengan mempertimbangkan
keterlaksanaan kurikulum secara keseluruhan serta ketercapaian tujuan
pembelajaran secara utuh, bukan terbatas dari segi tersampaikannya materi pada
siswa dalam kurun waktu yang telah ditentukan; (3) Penetapan jumlah siklus
tindakan dalam PTK mengacu kepada penguasaan yang ditargetkan pada tahap
perencanaan, tidak mengacu kepada kejenuhan data/informasi sebagaimana
lazimnya dalam pengumpulan data penelitian kualitatif.
Kedua, masalah penelitian yang dikaji merupakan
masalah nyata di kelas dan kondisinya cukup merisaukan sebagai seorang guru
profesional, sehingga menjadi penting untuk segera dicarikan solusinya.
Ketiga, metode pengumpulan data yang digunakan
tidak menuntut waktu yang lama, sehingga berpeluang menggangu proses
pembelajaran. Sejauh mungkin harus digunakan prosedur pengumpulan data yang
dapat ditangani sendiri oleh guru, sementara guru tetap aktif berfungsi sebagai
guru yang bertugas secara penuh. Oleh karena itu, perlu dikembangkan
teknik-teknik perekaman data yang cukup sederhana, namun dapat menghasilkan
informasi yang cukup bermakna.
Keempat, metodologi yang digunakan harus jelas, rinci dan
terencana secara cermat, sehingga tindakan dapat dirumuskan dalam suatu
hipotesis tindakan yang dapat diuji di lapangan. Guru dapat mengembangkan
strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data
yang dapat digunakan untuk “menjawab” hipotesis yang dikemukakan.
Kelima, permasalahan atau topik yang dipilih mampu ditangani, dan berada
dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.
Keenam; peneliti
harus tetap memperhatikan etika dan tata krama penelitian serta rambu–rambu pelaksanaan yang
berlaku umum. Dalam penyelenggaraan PTK, guru harus bersikap konsisten dan peduli
terhadap etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini penting ditekankan
karena selain melibatkan para siswa, PTK juga hadir dalam suatu konteks
organisasi sehingga penyelenggaraannya harus mengindahkan tata krama kehidupan
berorganisasi. Artinya, prakarsa PTK harus diketahui oleh pimpinan lembaga,
disosialisasikan pada rekan-rekan di lembaga terkait, dilakukan sesuai tata
krama penyusunan karya tulis akademik, di samping tetap mengedepankan
kemaslahatan bagi siswa.
Ketujuh; kegiatan PTK pada dasarnya merupakan
kegiatan yang berkelanjutan, karena tuntutan
terhadap peningkatan dan pengembangan akan menjadi tantangan sepanjang waktu.
Kedelapan, meskipun kelas atau mata pelajaran
merupakan tanggung jawab guru, namun tinjauan terhadap PTK tidak terbatas dalam
konteks kelas dan atau mata pelajaran tertentu melainkan dalam perspektif misi
sekolah. Hal ini terasa penting apabila dalam suatu PTK terlibat lebih dari
seorang peneliti, misalnya melalui kolaborasi antar guru dalam satu sekolah
atau dengan dosen, widyaiswara, dan pengawas sekolah.
Kesembilan, tidak mengenal populasi dan sampel, tidak
mengenal kelompok eksperimen dan kontrol, dan tidak untuk digeneralisasikan.
Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan
Kelas
Siklus
Tindakan PTK
PTK bukan hanya bertujuan mengungkapkan penyebab
dari berbagai permasalahan pembelajaran yang dihadapi seperti kesulitan siswa
dalam mempelajari pokok-pokok bahasan tertentu, tetapi yang lebih penting lagi
adalah memberikan pemecahan masalah berupa tindakan tertentu untuk meningkatkan
kualitas proses dan hasil belajar. Atas dasar itu, terdapat tiga hal penting
dalam pelaksanaan PTK yakni sebagai berikut.
a) PTK adalah penelitian yang
mengikutsertakan secara aktif peran guru dan siswa dalam berbagai tindakan.
b) Kegiatan refleksi (perenungan, pemikiran,
evaluasi) dilakukan berdasar- kan pertimbangan rasional (menggunakan konsep
teori) yang mantap dan valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya
memecahkan masalah yang terjadi.
c) Tindakan perbaikan terhadap situasi dan
kondisi pembelajaran dilakukan dengan segera dan dilakukan secara praktis
(dapat dilakukan dalam praktik pembelajaran).
Berikut ini akan diuraikan prosedur
pelaksanaan PTK yang oleh
Kurt Lewin danbeberapa ahli lainnya, menetapkan ada 4 (empat) komponen pokok
yang juga sekaligus menunjukan tahapan/langkah,yaitu (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Ke empat
tahapan ini dilakukan secara berdaur membentuk suatu siklus. Karena keempat
langkah tersebut merupakan satu siklus atau putaran, artinya sesudah langkah
ke-4, lalu kembali kelangkah ke-1 dan seterusnya.
Namun perlu diketahui bahwa tahapan pelaksanaan
dan pengamatan sesungguhnya dilakukan secara bersamaan bilamana pelaksana dan
pengamat dilakukan oleh orang yang berbeda. Jika pelaksana juga sebagai
pengamat, mungkin pengamatan dilakukan sesudah pelaksanaan, dengan cara
mengingat kembali apa yang sudah terjadi.
Secara teknis langkah-langkah pokok siklus PTK
tersebut sebagai berikut :
a) Penetapan fokus permasalahan
b) Perencanaan tindakan
c) Pelaksanaan tindakan
d) Pengamatan proses/hasil tindakan (pengumpulan data/observasi)
e) Refleksi (analisis, dan interpretasi)
Setelah permasalahan ditetapkan, pelaksanaan PTK
dimulai dengan siklus pertama yang terdiri atas empat kegiatan. Apabila sudah
diketahui keberhasilan atau hambatan dalam tindakan yang dilaksanakan pada
siklus pertama, peneliti kemudian mengidentifikasi ternyata masih ada kelemahan
atau hambatan maka dilanjutkan untuk menentukan rancangan siklus berikutnya.
Kegiatan pada siklus kedua sesungguhnya dapat berupa kegiatan yang sama dengan
sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi keberhasilan, untuk meyakinkan, atau
untuk menguatkan hasil. Tetapi pada umumnya kegiatan yang dilakukan dalam
siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan sebelumnya
yang ditunjukan untuk mengatasi berbagai hambatan/ kesulitan yang ditemukan
dalam siklus sebelumnya.
Dengan menyusun rancangan untuk siklus kedua,
peneliti dapat melanjutkan dengan tahap kegiatan-kegiatan seperti yang terjadi
dalam siklus pertama. Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan peneliti belum
merasa puas, dapat dilanjutkan pada siklus ketiga, yang tahapannya sama dengan
siklus terdahulu. Tidak ada ketentuan tentang berapa siklus harus dilakukan. Banyaknya
siklus tergantung dari kepuasan peneliti sendiri, namun ada saran, sebaiknya
tidak kurang dari dua siklus.
Rincian
Kegiatan Siklus Tindakan
a) Penetapan Fokus Permasalahan
Sebelum suatu masalah ditetapkan/dirumuskan, perlu
ditumbuhkan sikap dan keberanian untuk mempertanyakan, misalnya tentang
kualitas proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan dan dicapai selama ini.
Sikap tersebut diperlukan untuk menumbuhkan keinginan peneliti memperbaiki
kualitas pembelajaran. Tahapan ini disebut dengan tahapan merasakan adanya
masalah. Jika dirasakan ada hal-hal yang perlu diperbaiki dapat diajukan
pertanyaan seperti di bawah ini.
(1) Apakah kompetensi awal siswa
yang mengikuti pelajaran cukup memadai?
(2) Apakah proses pembelajaran yang dilakukan cukup efektif?
(3) Apakah sarana pembelajaran cukup memadai?
(4) Apakah hasil pembelajaran cukup berkualitas?
(5) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan strategi inovatif tertentu?
Pada tahap selanjutnya dilakukan identifikasi
masalah yang sangat menarik perhatian. Aspek penting pada tahap ini adalah
menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai permasalahan aktual yang dialami
dalam pembelajaran. Tahap ini disebut identifikasi permasalahan. Cara melakukan
identifikasi masalah antara lain sebagai berikut:
(1) Menuliskan semua hal (permasalahan) yang
perlu diperhatikan karena akan mempunyai dampak yang tidak diharapkan terutama
yang berkaitan dengan pembelajaran.
(2) Memilah dan mengklasisfikasikan
permasalahan menurut jenis/ bidangnya, jumlah siswa yang mengalaminya, serta
tingkat frekuensi timbulnya masalah tersebut.
(3) Mengurutkan dari yang ringan, jarang
terjadi, banyaknya siswa yang mengalami untuk setiap permasalahan yang
teridentifikasi.
(4) Dari urutan masalah tersebut diambil
beberapa masalah yang dianggap paling penting untuk dipecahkan sehingga layak
diangkat menjadi masalah PTK. Kemudian dikaji kelayakannya dan manfaatnya untuk
kepentingan praktis, metodologis maupun teoretis.
Secara umum karaktersitik suatu masalah yang layak
diangkat untuk PTK adalah sebagai berikut.
(1) Masalah itu menunjukkan suatu kesenjangan
antara teori dan fakta empirik yang dirasakan dalam proses pembelajaran.
Apabila hal ini terjadi, guru merasa prihatin atas terjadinya kesenjangan,
timbul kepedulian dan niat untuk mengurangi tersebut dan berkolaborasi dengan
dosen/widyaiswara/pengawas untuk melaksanakan PTK.
(2) Masalah tersebut memungkinkan untuk
dicari dan diidentifikasi faktor-faktor penyebabnya. Faktor-faktor tersebut menjadi
dasar atau landasan untuk menentukan alternatif solusi.
(3) Adanya kemungkinan untuk dicarikan
alternatif solusi bagi masalah tersebut melalui tindakan nyata yang dapat
dilakukan guru/peneliti.
(4) Masalah yang dipilih untuk diangkat
sebagai masalah PTK adalah yang memiliki nilai yang bukan sesaat, tetapi
memiliki nilai strategis bagi keberhasilan pembelajaran lebih lanjut dan
memungkinkan diperolehnya model tindakan efektif yang dapat dipergunakan untuk
memecahkan masalah serumpun.
(5) Ketersedian waktu yang diperlukan untuk
pemecahan masalah.
(6) Ketersedian buku/referensi sebagai sumber
acuan dalam pemecahan masalah / pemberian tindakan.
Pada tahap
selanjutnya, masalah-masalah yang telah diidentifikasi dan ditetapkan
dirumuskan secara jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan masalah yang
jelas memungkinkan peluang untuk pemilihan tindakan yang tepat.
Contoh rumusan masalah yang mengandung tindakan
alternatif yang ditempuh antara lain sebagai berikut.
(1) Apakah strategi pembelajaran menulis yang berorientasi
pada proses dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis?
(2) Apakah pembelajaran berorientasi proses dapat
meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran?
(3) Apakah penyampaian materi dengan menggunakan
LKS dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran?
(4) Apakah penggunaan model/strategi pembelajaran
discovery dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
IPS?
Dalam memformulasikan masalah, peneliti perlu
memperhatikan beberapa ketentuan yang biasa berlaku meliputi hal-hal di bawah
ini.
(1) Aspek substansi menyangkut isi yang
terkandung, perlu dilihat dari bobot atau nilai kegunaan manfaat pemecahan
masalah melalui tindakan seperti nilai aplikatifnya untuk memecahkan masalah
serupa yang dihadapi guru, kegunaan metodologi dan kegunaan teori dalam
memperkaya keilmuan pendidikan/pembelajaran.
(2) Aspek orisinalitas (tindakan), yang
menunjukan bahwa pemecahan dengan model tindakan itu merupakan suatu hal baru
yang yang belum pernah dilakukan guru sebelumnya.
(3) Aspek formulasi, dalam hal ini masalah
dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Rumusan masalah harus dinyatakan
secara lugas dalam arti eksplisit dan spesifik tentang apa yang akan
dipermasalahkan serta tindakan yang diharapkan dapat mengatasi masalah
tersebut.
(4) Aspek teknis, menyangkut kemampuan dan
kelayakan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap masalah yang dipilih.
Pertimbangan yang dapat diajukan seperti kemampuan teoretik dan metodologik
pembelajaran, penguasaan materi ajar, teori, strategi dan metodologi
pembelajaran, kemampuan fasilitas untuk melakukan PTK (dana, waktu, dan
tenaga). Oleh karena itu, disarankan bagi peneliti untuk berangkat dari
permasalahan sederhana tetapi bermakna, memiliki nilai praktis bagi guru dan
semua yang berkolaborasi dapat memperoleh pengalaman belajar dalam rangka
pengembangan keprofesionalannya.
b) Perencanaan Tindakan
Dalam tahap ini
peneliti merencanakan atau menjelaskan tentang apa, kapan, di mana oleh siapa
dan bagaimana tindakan dilakukan. Untuk itu setelah masalah dirumuskan secara
operasional, perlu dirumuskan juga alternatif tindakan yang akan diambil.
Alternatif tindakan yang dapat diambil dapat dirumuskan ke dalam bentuk
hipotesis tindakan, yaitu berupa dalam arti dugaan mengenai perubahan yang akan
terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Perencanaan tindakan memanfaatkan secara
optimal teori-teori yang relevan dan pengalaman yang diperoleh di masa lalu
dalam kegiatan pembelajaran/penelitian sebidang. Bentuk umum rumusan hipotesis
tindakan berbeda dengan hipotesis dalam penelitian formal.
Hipotesis
tindakan umumnya dirumuskan dalam bentuk keyakinan tindakan yang diambil akan
dapat memperbaiki sistem, proses, atau hasil. Hipotesis tindakan sesuai dengan
permasalahan yang akan dipecahkan dapat dicontohkan seperti di bawah ini.
(1) Strategi pembelajaran menulis yang berorientasi pada proses dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis.
(2) Pembelajaran berorientasi proses dapat meningkatkan partisipasi siswa
dalam kegiatan pembelajaran.
(3) Penyampaian materi dengan menggunakan LKS dapat meningkatkan
partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
(4) Penggunaan strategi pembelajaran discovery dapat meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran IPS.
Secara rinci, tahapan perencanaan tindakan terdiri atas kegiatan-
kegiatan sebagai berikut.
(1) Merumuskan hipotesis
tindakan. Umumnya dimulai dengan menetapkan berbagai alternatif tindakan
pemecahan masalah, kemudian dipilih tindakan yang paling menjanjikan hasil
terbaik dan yang dapat dilakukan guru.
(2) Menjabarkan
langkah-langkah kegiatan pelaksanaan tindakan yang akan diambil secara lebih
teknis/rinci.
(3) Menyusun indikator-indikator
keberhasilan tindakan.
(4) Menyusun instrumen
pengumpul data yang dapat dipakai untuk mengumpulkan data guna menganalisis ketercapaian indikator
keberhasilan.
(5) Membuat
bahan-bahan/materi yang diperlukan sesuai tuntutan kebutuhan langkah-langkah
teknis tindakan yang akan dilaksanakan, misal antara lain mencakup; (a)
Merancang pokok materi pembelajaran; (b) menyusun bahan belajar (lembar informasi); (c) Menyiapkan
lembaran-lembaran kerja; (d) Merancang strategi dan skenario pembelajaran sesuai
dengan tindakan yang dipilih.
(6) Mengidentifikasi
poin/titik atau fokus perhatian yang perlu di lakukan pada saat pelaksanaan,
pengamatan dan reflkeksi tindakan.
(7) Merencanakan
fasilitas yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan, pengamatan dan
refleksi.
Semua aspek/kegiatan yang direncanakan akan dilakukan pada setiap siklus
bisa dituangkan dalam suatu daftar Pokok-Pokok Rencana Tindakan, seperti
berikut ini:
Pokok-Pokok Rencana Kegiatan Tindakan
Masalah yang
dipilih
|
.....................................................
........................................................
|
|
Alternatif Tindakan
Pemecahan Masalah
|
.....................................................
........................................................
|
|
Rumusan
masalah
|
.....................................................
........................................................
|
|
Hipotesis
Tindakan
|
.....................................................
..........................................................
|
|
................................
|
.........................................................
..........................................................
|
|
Siklus
|
Tahapan
|
Kegiatan
|
Siklus ....
|
Perencanaan
|
.................................................
....................................................
....................................................
|
Pelaksanaan
|
.................................................
....................................................
....................................................
|
|
Pengamatan
|
.................................................
....................................................
....................................................
|
|
Refleksi
|
.................................................
....................................................
....................................................
|
|
Fasilitas
yang diperlukan
|
c) Pelaksanaan
Tindakan
Pada tahapan ini, rancangan strategi dan skenario
pembelajaran yang sudah direncanakan diterapkan di kelas. Skenario tindakan harus dilaksanakan secara taat azas dan dilaksanakan secara wajar. Bisa saja modifikasi tetap diperbolehkan, selama
tidak mengubah prinsip pokok yang telah direncanakan. Pada PTK yang dilakukan guru, pelaksanaan tindakan umumnya dilakukan
dalam waktu antara 2 sampai 3 bulan.Waktu tersebut dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan sajian beberapa pokok bahasan dan mata pelajaran tertentu.
Berikut ini disajikan contoh rincian langkah-langkah kegiatan dari
pelaksanaan tindakan yang telah dibuat seperti yang dimaksudkan pada poin (2)
pada tahap Perencanaan Tindakan, yang akan dilakukan pada suatu PTK, yaitu :
Rumusan Masalah : Apakah metode pemberian tugas
dan diskusi dalam pembelajaran X dapat meningkatkan motivasi (kemauan) siswa
untuk belajar secara mandiri ?
Hipotesis tindakan : Penggunaan metoda pemberian tugas dan
diskusi dapat meningkatkan motivasi/kemauan siswa untuk belajar secara mandiri.
(1) Bentuk tindakan: Penerapan metode tugas dan diskusi dalam
pembelajaran X untuk pokok bahasan : A, B, C, dan D.
(2) Format pelaksanaan tindakan :
(a) Pembagian kelompok dan pokok bahasan :
· Pembagian kelompok sesuai jumlah pokok bahasan;
· Pemilihan ketua, sekretaris, dll oleh dan dari anggota kelompok;
·
Penentuan pembagian topik pokok bahasan untuk kelompok dengan cara random, dan dengan cara yang menyenangkan.
(b) Kegiatan kelompok:
· Masing-masing kelompok mengumpulkan bahan bacaan;
·
Melalui diskusi anggota kelompok bekerja/ belajar memahami materi;
·
Menuliskan hasil diskusi dalam OHP untuk persiapan
presentasi.
(c) Presentasi dan diskusi pleno:
· Setiap kelompok mensepakati penyaji;
· Masing-masing
kelompok menyajikan hasil kerjanya dalam pleno kelas;
· Guru sebagai moderator
· Masing-masing anggota kelompok diberi
kesempatan yang sama untuk bertanya dan menjawab saat diskusi pleno;
· Masing-masing
kelompok melakukan diskusi, dan mengambil kesimpulan sebagai hasil pembelajaran.
(3) Jenis data yang dikumpulkan: berupa makalah kelompok, lembar OHP hasil kerja
kelompok, siswa yang aktif dalam diskusi, serta hasil belajar yang dilaksanakan
sebelum (pretes) dan setelah (postes) tindakan dilaksanakan.
Pada tahap Pelaksanaan tindakan ini, rencana
teknis di atas dilakukan secara taat azas, namun bisa saja dilakukan
modifikasi sepanjang tidak merubah prinsip pokok tindakannya.
d) Pengamatan/Observasi dan Pengumpulan
Data
Tahapan ini sebenarnya berjalan secara bersamaan
pada saat pelaksa- naan tindakan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan
sedang berjalan, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahapan ini,
peneliti (atau guru apabila ia bertindak sebagai peneliti) melakukan pengamatan
dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan
tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format
observasi/penilaian atau instrumen yang telah disusunpada saat perencanaan tindakan. Data yang dikumpulkan dapat berupa data
kuantitatif (hasil tes, hasil kuis, presensi, nilai tugas, dan lain-lain),
tetapi juga data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, atusias siswa,
mutu diskusi yang dilakukan, dan lain-lain.
Instrumen yang
umum dipakai adalah (a)
soal tes, kuis; (b) lembar observasi; dan (c) catatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara
obyektif yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas
siswa selama pemberian tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau
pentunjuk-petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan dalam analisis dan
untuk keperluan refleksi.
Sebagai contoh pada satu usulan PTK akan dikumpulkan data seperti:
(a) skor tes essai; (b) skor kualitas (kualitatif) pelaksanaan diskusi dan
jumlah pertanyaan dan jawaban yang terjadi selama proses pembelajaran; serta
(c) hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan kegiatan siswa.
Berdasarkan data-data yang akan dikumpulkan seperti di atas, maka akan dipakai
instrumen; (a) soal tes yang berbentuk essai; (b) pedoman dan kriteria
penilaian/skoring baik dari tes essai maupun untuk pertanyaan dari jawaban
lisan selama diskusi; (c) lembar observasi guna memperoleh data aktivitas
diskusi yang diskor dengan rubrik; dan (d) catatan lapangan.
Data yang dikumpulkan hendaknya dicek untuk
mengetahui keabsahannya. Berbagai teknik dapat dilakukan untuk tujuan
ini, misalnya teknik triangulasi dengan cara membandingkan data yang
diperoleh dengan data lain, atau kriteria tertentu yang telah baku, dan lain
sebagainya. Data yang
telah terkumpul memerlukan analisis lebih lanjut untuk mempermudah penggunaan
maupun dalam penarikan kesimpulan. Untuk itu berbagai teknik analisis
statistika dapat digunakan.
e) Refleksi
Tahapan ini dimaksudkan untuk
mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasar data yang
telah terkumpul pada saat pengamatan berlangsung. Disamping itu, pada tahap
refleksi ini sangat penting juga bila guru pelaku tindakan mengatakan kepada
pengamat tentang hal-hal yang dirasakan sudah berjalan baik dan bagian mana
yang belum. Selanjutnya pada refleksi ini perlu juga meminta masukan dari siswa
tentang apa yang mereka alami dan usulan-usulan penyempurnaannya.
Berdasarkan data-data yang diperoleh
selanjutnya guru bersama peneliti melakukan analisis, sintesis, dan
penilaian (evaluasi) terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan.
Jika terdapat masalah atau kekurangan, maka dilakukan proses tindakan ulang
melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan
ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan yang dihadapi dapat teratasi.
Menurut Kemmis (1988), penelitian tindakan adalah suatu bentuk peneli- tian
refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi-situasi sosial
(termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktik yang dilakukan sendiri. Dengan
demikian, akan diperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai praktik dan
situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan. Terdapat dua hal pokok dalam
penelitian tindakan yaitu perbaikan dan keterlibatan. Hal ini akan mengarahkan
tujuan penelitian tindakan ke dalam tiga area yaitu; (1) untuk memperbaiki
praktik; (2) untuk pengembangan profesional dalam arti meningkatkan pemahaman
para praktisi terhadap praktik yang dilaksana- kannya; serta (3) untuk
memperbaiki keadaan atau situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan.
Dalam bidang pendidikan, khususnya dalam praktik pembelajaran, pene-litian
tindakan berkembang menjadi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom
Action Reserach (CAR). Agar penelitian dapat dilaksanakan dengan baik, minimal
ada dua materi penting yang perlu dipahami terlebih dahulu. Dua materi
tersebut adalah konsep dasar PTK, dan prosedur pelaksanaan PTK.
SEMOGA ARTIKEL INI BERMANFAAT, JIKA DIRASA BERMANFAAT SILAHKAN DI LIKE DAN DI BAGIKAN.
TERI MAKASIH.
TERI MAKASIH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar