LANGKAH NYATA MENJADI SUKSES DI KURIKULUM MERDEKA
VERSI ANAK SMK
Belajar Merdeka Dengan Pendekatan Bisnis
SMK Negeri
1 Petang, Bali
Email.
Surya.adi.p.41@gmail.com
Hari kemerdekaan kita telah menjadi sebuat harapan
baru untuk Indonesia. Hari kemerdekaan yang ke-79 tahun merupakan tonggak baru
dan harapan baru bagi pendidikan Indonesia yang berkualitas. Kita baru berjalan
di awal menerjang badai dan menunggu untuk melihat cerahnya langit di balik
badai yang telah dilalui.
SMK menjadi penyumbang pengangguran terbesar di
Indonesia yaitu sebesar 9,6 % dari 7,99 juta pengangguran di Indonesia (BPS,
2024). Salah satu usaha kementerian pendidikan dalam mengatasi permasalahan
tersebut adalah dengan meluncurkan program sekolah pusat keunggulan yang khusus
menyasar sekolah kejuruan (SMK). Program ini merupakan bagian dari program kurikulum
merdeka yang dicetuskan oleh Menteri Pendidikan RI Nadiem Anwar Makarim yang
juga pebisnis handal Founder dari Gojek.
Kendala utama dari tingginya tingkat pengangguran
terbuka dari lulusan smk adalah kurangnya lapangan pekerjaan. Kamar Dagang Indonesia (Kadin) menyatakan lulusan
SMK maupun perguruan tinggi banyak menganggur karena jumlah lapangan pekerjaan
yang tercipta lebih sedikit dari jumlah lulusan yang ada. Selain itu disebabkan
oleh skill
gap antara kebutuhan industri
dengan kapasitas lulusan
vokasi Indonesia yang kurang saling terhubung satu sama lain atau kurang link
and match karena semakin jauhnya skill lulusan smk dengan
kebutuhan skill di dunia industry (Kumparan, 2023).
Lulusan SMK memiliki
peluang untuk tidak menganggur karena adanya kecakapan yang dimiliki untuk
berbisnis. Dimana siswa SMK telah dibekali keterampilan untuk merancang bisnis
nya sendiri. Program
sekolah Pusat Keunggulan sejatinya diinisiasi untuk mengatasi masalah
pengangguran tersebut. Namun dalam pelaksanaan program tersebut masih banyak
yang melenceng jauh dari cita-cita program. Pelaksanaan program masih cenderung
formalitas dimana program hanya dilaksanakan demi memenuhi tuntutan
administrasi dan pelaporan pertanggung jawaban. Mengapa ini terjadi? Ini
terjadi karena guru selama ini cenderung fokus dan terbebani dengan tuntutan
administrasi. Meskipun pada kurikulum merdeka paradigma tersebut sudah mulai
dihapus, namun pencekokan pemahaman yang administratif yang terjadi selama
bertahun tahun masih berakar pada sebagian besar pemikir guru yang berlangsung
selama bertahun tahun.
SOLUSI
Dari data BPS dan Kadin di atas kita harus merubah
arah penekanan pembelajaran siswa SMK yang awalnya fokus untuk bekerja harus
dirubah fokus untuk berwirausaha. Mata pelajaran Project Kreatif dan
Kewirausahaan (PKK) yang memiliki porsi 8 jam pelajaran per minggu pada jenjang
SMK pada kurikulum merdeka masih sangat kurang untuk dapat mencetak siswa
menjadi wirausahawan. Karena berbisnis merupakan hal yang sangat sulit
dilakukan. Itu dibuktikan dimana jumlah pebisnis di Indonesia hanya 3,47% yang
idealnya Indonesia harus mencapai 4%, bahkan di negara maju rasio pebisnis
dengan jumlah penduduk mencapai 10%-12% (Hakim, 2023 dalam Pidato Teten
Masduki). Karena tingginya tantangan untuk mencetak siswa menjadi seorang
pebisnis maka harus ada cara ekstra ordinary yang dilakukan dalam penerapan
kurikulum merdeka. Kekurangan jam pada mata pelajaran project kreatif dan
kewirausahaan harus diintegrasikan dengan mata pelajaran adaptif dan normatif
sehingga terjadi tambahan jam untuk belajar berbisnis. Namun yang sering
terjadi adalah guru-guru mata pelajaran bukan kejuruan terlalu egois untuk
mencetak anak didiknya menjadi seperti sang guru. Keegoisan sang guru yang
menyandang nama guru dimana diartikan manusia super di depan anak didik yang
harus mendewakan sang guru yang maha benar. Guru matematika ingin anak didik
menjadi professor matematika begitu juga dengan guru Bahasa yang ingin anak
didiknya menjadi sastrawan atau ahli Bahasa. Padahal ke egoisan sosok guru
tersebut telah menjerumuskan anak didik kita ke dalam keterpurukan mental dalam
memilih jati diri. Dimana kebanggaan akan jati diri merupakan gerbang awal
dalam menuju kesuksesan. Pada jenjang SMK pemilihan jati diri telah dilakukan
saat memilih jurusan yang dipilih saat mendaftar. Keunikan SMK adalah memiliki
banyak jurusan yang akan menuntun anak didik menjadi sosok yang diimpikan. Saat
memilih jurusan pertanian anak didik sudah bermimpi menjadi petani sukses bukan
ingin menjadi profesor matematika atau sastrawan Bahasa. Dan begitu dengan
pemilihan jurusan lainnya. Keunikan SMK inilah yang telah banyak hilang dalam
beberapa dekade terakhir.
Saat semua guru berkolaborasi bersama dengan tujuan
yang sama yaitu mencetak anak didik menjadi wirausaha maka hal tersebut akan
lebih mudah dilakukan. Gotong royong telah menjadi ciri khas bangsa Indonesia
selama ber abad abad lamanya. Jika ini dilakukan maka pembelajaran dan
peningkatan skill di bidang kejuruan yang telah dipilih akan menjadi semakin
mudah untuk dicapai. Kekhasan SMK harus dimunculkan kembali bahwa SMK harus
berbeda dengan SMA. Ilmu yang diajarkan adalah ilmu praktis bukan teoritis
semata. Saat belajar bisnis harus terjun langsung memulai bisnis bukan
mengajarkan apa itu teori bisnis. Mengajarkan anak didik berbisnis tidak cukup
dengan menghitung untung rugi di atas kertas namun harus merasakan langsung
bagaimana merasakan untung dan bagaimana merasakan rugi. Bukankah tingkat
tertinggi dalam pengetahuan adalah merasakan langsung. Bukan menghafal atau
sekedar pemahaman.
Banyak yang pesimis bagaiamana anak didik bisa
merasakan rugi sedangkan sekolah adalah proses pendidikan, bukan perusahaan.
Sebenarnya hal tersebut telah dibuatkan ruang pada kurikulum merdeka dan
sekolah pusat keunggulan. Dimana terdapat pembelajaran berbassis Teachng
Factory dan Inkubator Bisnis. Anak didik dapat memperoleh modal dari kedua lembaga
tersebut. Pemikiran orang awam pasti sudah terlintas bahwa SMK yang modalnya
yaitu peralatan dan bahannya berasal dari pemerintah melalui dana BOS tenaga
kerja gratis dari anak didik di sekolah. Dimana kedua komponen tersebut adalah
komponen biaya terbesar yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam menjalankan
bisnisnya dan kedua komponen utama tersebut telah tersedia secara gratis. Tentu
kata cuan atau untung sudah di depan mata bagi anak didik kita di SMK.
Namun mengapa hal ini sering tidak berjalan?. Itu
disebabkan oleh pengelolaan kedua lembaga tersebut sering kali dilakukan oleh
guru yang tidak kompeten di bidang bisnis. Kembali perlu diingat bisnis adalah
sesuatu yang jarang dikuasai oleh banyak orang apalagi oleh seorang guru.
Solusinya adalah sekolah dapat menunjuk guru yang memang telah memiliki
bisnisnya sendiri atau mempekerjakan professional direktur untuk diangkat
menjadi pengelola lembaga TeFa dan Inkubator Bisnis tersebut. Namun hal itu
sering tidak terjadi karena kembali disebabkan oleh keegoisan label guru yang
melekat seolah guru di sekolah adalah sosok yang maha bisa dan maha benar.
Untuk mendapatkan hasil, produk dapat dijual di
sekitar lingkungan sekolah masyarakat ataupun secara online. Berbisnis bukan
tentang berapa jumlah produk yang laku tapi tentang bagaimana secara konsisten
dilakukan sehingga masukan dari pelanggan pengalaman untung dan pengalaman rugi
menjadi proses pembentukan mental menjadi seorang pebisnis. Karena bisnis bukan
tentang menjual produk tetapi lebih pada branding diri atau dalam perusahaan
dinamakan nilai valuasi perusahaan.
Untuk mencapai keadaaan ideal dimana guru adaftif dan
normatif dapat berkolaborasi bersama guru produktif kejuruan dalam project
bersama mencetak anak menjadi pebisnis akan mendapat tantangan yaitu tantangan
dari kompetensi yang dimiliki guru adaptif dan normatif. Dimana guru harus
banyak belajar tentang bidang skill kejuruan yang ditekuni anak didik. Dan ini
akan menjadi lebih sulit dimana saat ini banyak SMK memiliki jurusan yang
memiliki disiplin ilmu yang berbeda. Banyak sekolah yang membuka jurusan baru
di luar rumpun keilmuannya guna mendongkrak jumlah siswa. Karena jumlah siswa
semakin banyak dana BOS akan semakin berlimpah, karena jumlah dana BOS yang
diterima sekolah adalah nilai dana BOS dikali jumlah siswa pada sekolah
tersebut. Ciri khas SMK STM untuk bidang Teknik, SMEA untuk bidang ekonomi,
SPMA untuk bidang pertanian sudah banyak yang hilang. Tentu dalam hal ini
banyak keunggulan diperoleh dari SMK dengan banyak disiplin ilmu yang berbeda namun
banyak pula kekurangannya. Dimana tantangan besarnya adalah sekolah lebih sulit
untuk fokus pada suatu bidang tertentu. Dimana dasar sukses dalam berbisnis
adalah jadilah unik dan berbeda. Fokus pada satu bidang dan berkembang pada
bidang yang serumpun.
Tentu tantangan akan selalu ada di setiap zaman.
Bagaimana kita menyelesaikan tantangan itulah yang menentukan kesuksesan kita
sebagai guru. Suksesnya anak didik di SMK kita menjadi Wirausaha tentu menjadi
kebanggan tersendiri di saat kita menyandang gelar guru. Bagaimana guru menjadi
fasilitator bagi anak didik dan bukan menjadi aktor utama harus sesegera
mungkin dilakukan. Pendidikan adalah sesuatu yang sangat dinamis bisnis adalah
hal yang paling cepat berubah. Maka untuk menjadi guru bagi anak didik di SMK harus menjadi guru yang berubah dengan cepat
dan berubah secara terus menerus sesuai perkembangan suatu bisnis.
I Made Surya Adi
Putra, SP,MP
Guru dan Praktisi
bidang Pertanian
SMK Negeri 1
Petang, Bali
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar