Rabu, 09 Oktober 2024

LANGKAH NYATA MENJADI SUKSES DI KURIKULUM MERDEKA VERSI ANAK SMK

 

LANGKAH NYATA MENJADI SUKSES DI KURIKULUM MERDEKA VERSI ANAK SMK

Belajar Merdeka Dengan Pendekatan Bisnis

 

SMK Negeri 1 Petang, Bali

Email. Surya.adi.p.41@gmail.com

 

Hari kemerdekaan kita telah menjadi sebuat harapan baru untuk Indonesia. Hari kemerdekaan yang ke-79 tahun merupakan tonggak baru dan harapan baru bagi pendidikan Indonesia yang berkualitas. Kita baru berjalan di awal menerjang badai dan menunggu untuk melihat cerahnya langit di balik badai yang telah dilalui.

SMK menjadi penyumbang pengangguran terbesar di Indonesia yaitu sebesar 9,6 % dari 7,99 juta pengangguran di Indonesia (BPS, 2024). Salah satu usaha kementerian pendidikan dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan meluncurkan program sekolah pusat keunggulan yang khusus menyasar sekolah kejuruan (SMK). Program ini merupakan bagian dari program kurikulum merdeka yang dicetuskan oleh Menteri Pendidikan RI Nadiem Anwar Makarim yang juga pebisnis handal Founder dari Gojek.

Kendala utama dari tingginya tingkat pengangguran terbuka dari lulusan smk adalah kurangnya lapangan pekerjaan. Kamar Dagang Indonesia (Kadin) menyatakan lulusan SMK maupun perguruan tinggi banyak menganggur karena jumlah lapangan pekerjaan yang tercipta lebih sedikit dari jumlah lulusan yang ada. Selain itu disebabkan oleh skill gap antara kebutuhan industri dengan kapasitas lulusan vokasi Indonesia yang kurang saling terhubung satu sama lain atau kurang link and match karena semakin jauhnya skill lulusan smk dengan kebutuhan skill di dunia industry (Kumparan, 2023).

Lulusan SMK memiliki peluang untuk tidak menganggur karena adanya kecakapan yang dimiliki untuk berbisnis. Dimana siswa SMK telah dibekali keterampilan untuk merancang bisnis nya sendiri. Program sekolah Pusat Keunggulan sejatinya diinisiasi untuk mengatasi masalah pengangguran tersebut. Namun dalam pelaksanaan program tersebut masih banyak yang melenceng jauh dari cita-cita program. Pelaksanaan program masih cenderung formalitas dimana program hanya dilaksanakan demi memenuhi tuntutan administrasi dan pelaporan pertanggung jawaban. Mengapa ini terjadi? Ini terjadi karena guru selama ini cenderung fokus dan terbebani dengan tuntutan administrasi. Meskipun pada kurikulum merdeka paradigma tersebut sudah mulai dihapus, namun pencekokan pemahaman yang administratif yang terjadi selama bertahun tahun masih berakar pada sebagian besar pemikir guru yang berlangsung selama bertahun tahun.

 

SOLUSI

Dari data BPS dan Kadin di atas kita harus merubah arah penekanan pembelajaran siswa SMK yang awalnya fokus untuk bekerja harus dirubah fokus untuk berwirausaha. Mata pelajaran Project Kreatif dan Kewirausahaan (PKK) yang memiliki porsi 8 jam pelajaran per minggu pada jenjang SMK pada kurikulum merdeka masih sangat kurang untuk dapat mencetak siswa menjadi wirausahawan. Karena berbisnis merupakan hal yang sangat sulit dilakukan. Itu dibuktikan dimana jumlah pebisnis di Indonesia hanya 3,47% yang idealnya Indonesia harus mencapai 4%, bahkan di negara maju rasio pebisnis dengan jumlah penduduk mencapai 10%-12% (Hakim, 2023 dalam Pidato Teten Masduki). Karena tingginya tantangan untuk mencetak siswa menjadi seorang pebisnis maka harus ada cara ekstra ordinary yang dilakukan dalam penerapan kurikulum merdeka. Kekurangan jam pada mata pelajaran project kreatif dan kewirausahaan harus diintegrasikan dengan mata pelajaran adaptif dan normatif sehingga terjadi tambahan jam untuk belajar berbisnis. Namun yang sering terjadi adalah guru-guru mata pelajaran bukan kejuruan terlalu egois untuk mencetak anak didiknya menjadi seperti sang guru. Keegoisan sang guru yang menyandang nama guru dimana diartikan manusia super di depan anak didik yang harus mendewakan sang guru yang maha benar. Guru matematika ingin anak didik menjadi professor matematika begitu juga dengan guru Bahasa yang ingin anak didiknya menjadi sastrawan atau ahli Bahasa. Padahal ke egoisan sosok guru tersebut telah menjerumuskan anak didik kita ke dalam keterpurukan mental dalam memilih jati diri. Dimana kebanggaan akan jati diri merupakan gerbang awal dalam menuju kesuksesan. Pada jenjang SMK pemilihan jati diri telah dilakukan saat memilih jurusan yang dipilih saat mendaftar. Keunikan SMK adalah memiliki banyak jurusan yang akan menuntun anak didik menjadi sosok yang diimpikan. Saat memilih jurusan pertanian anak didik sudah bermimpi menjadi petani sukses bukan ingin menjadi profesor matematika atau sastrawan Bahasa. Dan begitu dengan pemilihan jurusan lainnya. Keunikan SMK inilah yang telah banyak hilang dalam beberapa dekade terakhir.

Saat semua guru berkolaborasi bersama dengan tujuan yang sama yaitu mencetak anak didik menjadi wirausaha maka hal tersebut akan lebih mudah dilakukan. Gotong royong telah menjadi ciri khas bangsa Indonesia selama ber abad abad lamanya. Jika ini dilakukan maka pembelajaran dan peningkatan skill di bidang kejuruan yang telah dipilih akan menjadi semakin mudah untuk dicapai. Kekhasan SMK harus dimunculkan kembali bahwa SMK harus berbeda dengan SMA. Ilmu yang diajarkan adalah ilmu praktis bukan teoritis semata. Saat belajar bisnis harus terjun langsung memulai bisnis bukan mengajarkan apa itu teori bisnis. Mengajarkan anak didik berbisnis tidak cukup dengan menghitung untung rugi di atas kertas namun harus merasakan langsung bagaimana merasakan untung dan bagaimana merasakan rugi. Bukankah tingkat tertinggi dalam pengetahuan adalah merasakan langsung. Bukan menghafal atau sekedar pemahaman.

Banyak yang pesimis bagaiamana anak didik bisa merasakan rugi sedangkan sekolah adalah proses pendidikan, bukan perusahaan. Sebenarnya hal tersebut telah dibuatkan ruang pada kurikulum merdeka dan sekolah pusat keunggulan. Dimana terdapat pembelajaran berbassis Teachng Factory dan Inkubator Bisnis. Anak didik dapat memperoleh modal dari kedua lembaga tersebut. Pemikiran orang awam pasti sudah terlintas bahwa SMK yang modalnya yaitu peralatan dan bahannya berasal dari pemerintah melalui dana BOS tenaga kerja gratis dari anak didik di sekolah. Dimana kedua komponen tersebut adalah komponen biaya terbesar yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam menjalankan bisnisnya dan kedua komponen utama tersebut telah tersedia secara gratis. Tentu kata cuan atau untung sudah di depan mata bagi anak didik kita di SMK.

Namun mengapa hal ini sering tidak berjalan?. Itu disebabkan oleh pengelolaan kedua lembaga tersebut sering kali dilakukan oleh guru yang tidak kompeten di bidang bisnis. Kembali perlu diingat bisnis adalah sesuatu yang jarang dikuasai oleh banyak orang apalagi oleh seorang guru. Solusinya adalah sekolah dapat menunjuk guru yang memang telah memiliki bisnisnya sendiri atau mempekerjakan professional direktur untuk diangkat menjadi pengelola lembaga TeFa dan Inkubator Bisnis tersebut. Namun hal itu sering tidak terjadi karena kembali disebabkan oleh keegoisan label guru yang melekat seolah guru di sekolah adalah sosok yang maha bisa dan maha benar.

Untuk mendapatkan hasil, produk dapat dijual di sekitar lingkungan sekolah masyarakat ataupun secara online. Berbisnis bukan tentang berapa jumlah produk yang laku tapi tentang bagaimana secara konsisten dilakukan sehingga masukan dari pelanggan pengalaman untung dan pengalaman rugi menjadi proses pembentukan mental menjadi seorang pebisnis. Karena bisnis bukan tentang menjual produk tetapi lebih pada branding diri atau dalam perusahaan dinamakan nilai valuasi perusahaan.

Untuk mencapai keadaaan ideal dimana guru adaftif dan normatif dapat berkolaborasi bersama guru produktif kejuruan dalam project bersama mencetak anak menjadi pebisnis akan mendapat tantangan yaitu tantangan dari kompetensi yang dimiliki guru adaptif dan normatif. Dimana guru harus banyak belajar tentang bidang skill kejuruan yang ditekuni anak didik. Dan ini akan menjadi lebih sulit dimana saat ini banyak SMK memiliki jurusan yang memiliki disiplin ilmu yang berbeda. Banyak sekolah yang membuka jurusan baru di luar rumpun keilmuannya guna mendongkrak jumlah siswa. Karena jumlah siswa semakin banyak dana BOS akan semakin berlimpah, karena jumlah dana BOS yang diterima sekolah adalah nilai dana BOS dikali jumlah siswa pada sekolah tersebut. Ciri khas SMK STM untuk bidang Teknik, SMEA untuk bidang ekonomi, SPMA untuk bidang pertanian sudah banyak yang hilang. Tentu dalam hal ini banyak keunggulan diperoleh dari SMK dengan banyak disiplin ilmu yang berbeda namun banyak pula kekurangannya. Dimana tantangan besarnya adalah sekolah lebih sulit untuk fokus pada suatu bidang tertentu. Dimana dasar sukses dalam berbisnis adalah jadilah unik dan berbeda. Fokus pada satu bidang dan berkembang pada bidang yang serumpun.

Tentu tantangan akan selalu ada di setiap zaman. Bagaimana kita menyelesaikan tantangan itulah yang menentukan kesuksesan kita sebagai guru. Suksesnya anak didik di SMK kita menjadi Wirausaha tentu menjadi kebanggan tersendiri di saat kita menyandang gelar guru. Bagaimana guru menjadi fasilitator bagi anak didik dan bukan menjadi aktor utama harus sesegera mungkin dilakukan. Pendidikan adalah sesuatu yang sangat dinamis bisnis adalah hal yang paling cepat berubah. Maka untuk menjadi guru bagi anak didik di SMK  harus menjadi guru yang berubah dengan cepat dan berubah secara terus menerus sesuai perkembangan suatu bisnis.

 

I Made Surya Adi Putra, SP,MP

Guru dan Praktisi bidang Pertanian

SMK Negeri 1 Petang, Bali

DAFTAR PUSTAKA

 

Bps. 2024. Tingkat Pengangguran Terbuka Berdasarkan Tingkat Pendidikan, 2021-2023

 https://www.bps.go.id/id/statistics-table/2/MTE3OSMy/tingkat-pengangguran-terbuka-berdasarkan-tingkat-pendidikan.html

 

Hakim, A.R. 2023. Indonesia Mau Jadi Negara Maju, Kejar Dulu Jumlah Pengusaha 4 Persen Total Penduduk. https://www.liputan6.com/bisnis/read/5229915/indonesia-mau-jadi-negara-maju-kejar-dulu-jumlah-pengusaha-4-persen-total-penduduk?page=2

 

Kumparan. 2023. Bos Kadin Beberkan Penyebab Masih Tingginya Lulusan Sarjana yang Menganggur. https://kumparan.com/kumparanbisnis/bos-kadin-beberkan-penyebab-masih-tingginya-lulusan-sarjana-yang-menganggur-1zy412YhAD0/1

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar